Langsung ke konten utama

NABI IDRIS AS. BAPAK PELOPOR SEGALA ILMU PENGETAHUAN

Mungkin terlihat menyimpang,tapi sebenarnya Nabi Idris AS Merupakan Pelopor dari segala pelopor dari teknologi yang ada sekarang.
Kenapa saya bisa mengatakan begitu?
Teknologi umumnya ditemukan dengan perhitungan matematika,nah Nabi Idris AS lah yang pertama kali mengkaji ilmu hitung atau matematika
Idris  (sekitar 4533-4188 SM) adalah salah seorang rasul yang pertama kali diberikan tugas untuk menyampaikan risalah kepada kaumnya. Ia diberikan hak kenabian oleh Allah setelah Adam dan Syits.
Idris memiliki nama asli Khanukh (Akhnukh), ia dipanggil Idris karena ia selalu mempelajari mushaf-mushaf Adam dan Syits
nama Idris berasal dari kosa kata bahasa Arab, "darasa" yang memiliki arti belajar. Ia dijuluki demikian karena ia banyak sekali mempelajari kitab atau shuhuf yang berisi ajaran Nabi Adam a.s dan Nabi Syits a.s, ia dianggap pula sebagai penemu tulisan dan alat tulisnya.
Ia juga dijuluki sebagai "Asad al-asad" (Singa dari segala singa)sedangkan di dalam kisah lain, Idris diberi julukan "Harmasu al-Haramisah"(Ahlinya perbintangan)
Nabi Idris AS banyak sekali mempelopori bidang bidang baru,contohnya matematika yang diperkenalkan kepada masyarakat babilonia membuat masyarakat babilonia telah mengetahui matematika setidaknya sejak 3000SM.Selain Matematika,Nabi Idris juga merupakan pelopor dalam ilmu Astronomi,contoh Rasi bintang orion atau rasi bintang waluku untuk penunjuk musim,atau untuk perjalanan yang sering digunakan para nelayan atau musafir dahulu sebagai penunjuk jalan.
Dikatakan pula Nabi Idris juga orang yang pertama kali menjahit baju berdasarkan riwayat Ibnu Katsir.Ia pertama kali melakukannya dengan menjahit pakaiannya sendiri kemudian ia memperkenalkannya kepada masyarakat agar para masyarakat bisa memakai pakaian yang layak


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKS PAKKIO' BUNTING (PANTUN MENJEMPUT PENGANTIN MAKASSAR)

Iya dende ‘Iya dende Nia tojemmi anne battu Bunting kutayang Salloa kuminasai Nampako ri ujung bori’ Ri appa Pakrasangangku Ku’rappo cini Kutimbarangngi pangngai Kuassennunju lania Nakuitungko labattu Ku’ragi memang Berasa ri mangko kebo’ Nasadia lebba batta Rappo ripala’ limangku Kunnanro memang Leko’ ri talang bulaeng Kuntu intang maccayanu Nibelo-belo jamarro, makilo-kilo Massingarri dallekannu Labbiri’ nuparamata Jamarro moncong bulonu Bulaeng ti’no Ansuloi paccini’nu Lekukapeangko anne Sumanga’nu mabellayya Ku kiyo’ tongi Tubunnu sallo lampayya Baji kualleko anne Bunga-bunga tamalatea Latei bunga Tamalate cinikannu Sakuntu’ sanrapangtongko Bulang simombo’ I Raya Nasussung pale Natinriang wari-wari Wari-wari kapappassang Pale’ mannuntungi bangngi, nisailenu Tamalajju cinikannu Nacini’ ma’mole-mole Ma’mole-mole nikio’ Daeng Ni pakalompo Nikanro ana’ karaeng Kupattannangngangko anne Tope talakka ri aya’ Malakka tope Tamalakka’ko I kau

Rumpun Keluarga To Takku

Rumpun keluarga To Takku  berdasarkan "Lontara' Akkarungeng Bone" dan "Lontara' Bilang Gowa"  merupakan simpul atau perpaduan silsilah dari keturunan  La Ali Petta Cambang Timurung,   La Ali Petta Tompo' Arung Galung Arung Manciri', We Saloge' Arung Cenrana Dan La Summi Pa'bicara Arungpone ri Takku. Dari rumpun tersebut ditemukan benang merah, bahwa keempatnya merupakan turunan langsung dari La Patau Matanna Tikka Raja Bone ke-16 . La Patau Matanna Tikka diketahui memiliki sembilan belas orang istri dan dari empat orang istri beliau anak-turunan mereka kawin-mawin satu sama lain. Ada pun nama-nama istri La Patau yang kemudian cucu-cucu meraka kawin-mawin dan menjadi satu generasi di keluarga To Takku dan menyebar di Kota Watampone, Kec. Tellu SiattingE, Kec. Dua BoccoE, Kec. Cenrana, Kec. Amali, Kec. Ajang Ale' dan di Kota Makassar serta di tanah Jawa, Sumatera, Maluku, Papua, Kalimantan, Malaysia, Singapore bahkan di Jerman dan A

TO UGI (BUGIS), TO RIAJA (TORAJA), TOLUU’ (LUWU) HINGGA TURUNAN TOMANURUNG

By La Oddang Tosessungriu Bahwa kata “To” adalah berarti “orang” bagi segenap suku di Sulawesi Selatan. Jauh diujung selatan, yakni Selayar hingga Tanjung Bira, Ara sampai Kajang, penutur bahasa “konjo” tatkala menyebut “To”, maka itu berarti “orang”. Terkhusus pada keyakinan kepercayaan “patuntung” di Kajang, bahkan menyebut Tuhan YME sebagai “To RiyE’ A’ra’na” (Orang Yang Memiliki Kehendak). Demikian pula di Jeneponto, menyebut orang dengan sebutan yang sedikit lebih “tipis”, sehingga menyebut kawasannya sebagai “TUratEa” (orang-orang yang bermukim di ketinggian). Perjalanan kemudian tiba di Gowa, yakni bekas kerajaan terbesar suku Makassar. Tiada beda dengan orang TuratEa, mereka menyebut “Tu” pula bagi masyarakat manusia, satu-satunya species mahluk Allah yang memiliki kemampuan mencipta peradaban di dunia fana ini. Demikian pula dengan seluruh kerajaan penutur Bahasa Bugis, EnrEkang, Duri, Pattinjo hingga Toraja, semuanya menyebut “To” bagi yang dimaksudkannya sebagai