Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2016

MASUKNYA ISLAM DI KERAJAAN LUWU

Kerajaan Luwu adalah kerajaan tertua, terbesar, dan terluas di Sulawesi Selatan yang wilayahnya mencakup Tana Luwu, Tana Toraja, Kolaka, dan Poso.Luwu adalah suku bangsa yang besar yang terdiri dari 12 anak suku. Walaupun orang sering mengatakan bahwa Luwu termasuk suku Bugis, tetapi orang-orang Luwu itu sendiri menyatakan mereka bukan suku Bugis, tetapi suku Luwu. Sesuai dengan pemberitaan lontara Pammana yang mengisahkan pembentukan suku Ugi’ (Bugis) di daerah Cina Rilau dan Cina Riaja, yang keduanya disebut pula Tana Ugi’ ialah orang-orang Luwu yang bermigrasi ke daerah yang sekarang disebut Tana Bone dan Tana Wajo dan membentuk sebuah kerajaan. Mereka menamakan dirinya Ugi’ yang diambil dari akhir kata nama rajanya bernama La Sattumpugi yang merupakan sepupu dua kali dari Sawerigading dan juga suami dari We Tenriabeng, saudara kembar dari Sawerigading. Kerajaan Luwu diperkirakan berdiri sekitar abad X yang dibangun oleh, sekaligus sebagai raja pertama adalah Batara Guru (To

SEJARAH SYEH SITI JENAR

Oleh:  KH.Shohibul Faroji Al-Robbani Nama asli  Syekh Siti Jenar  adalah  Sayyid Hasan ’Ali Al-Husaini , dilahirkan di Persia, Iran. Kemudian setelah dewasa mendapat gelar Syaikh Abdul Jalil. Dan ketika datang untuk berdakwah ke Caruban, sebelah tenggara Cirebon. Dia mendapat gelar Syaikh Siti Jenar atau Syaikh Lemah Abang atau Syaikh Lemah Brit. Syaikh Siti Jenar adalah seorang sayyid atau habib keturunan dari Rasulullah Saw. Nasab lengkapnya adalah Syekh Siti Jenar [Sayyid Hasan ’Ali] bin Sayyid Shalih bin Sayyid ’Isa ’Alawi bin Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin bin Sayyid ’Abdullah Khan bin Sayyid Abdul Malik Azmat Khan bin Sayyid 'Alwi 'Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shohib Mirbath bin Sayyid 'Ali Khali Qasam bin Sayyid 'Alwi Shohib Baiti Jubair bin Sayyid Muhammad Maula Ash-Shaouma'ah bin Sayyid 'Alwi al-Mubtakir bin Sayyid 'Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid 'Isa An-Naqib bin Sayyid Muhammad An-Naqib bin Sayyid 'Ali Al-'Uraid

PERTALIAN DARAH PARA RAJA DI NEGERI-NEGERI BUGIS DAN SEJARAH CINA-PAMMANA

MariasE’i Luwu, Malebbi’i Pammana, Makuasai Bone, Mawatangngi Gowa, Panritai Wajo, Macenningngi Soppeng na MapanrEi Sidenreng By Andi Oddang To Sessungriu Lontara Akkarungeng Luwu menguraikan, betapa pusingnya para Dewan Adat tatkala menerima utusan dari 2 Kerajaan yang bermaksud mengajukan lamaran kepada puteri Datu Luwu, yakni : We Tenriabang Datu Watu. Mereka yang menyampaikan lamaran itu adalah utusan Kerajaan Sidenreng yang menyampaikan lamaran La Toappo Arung Berru Addatuang Sidenreng XVIII dan La Pallawagau’ Arung Maiwa Datu Pammana VIII. Siapakah diantara kedua Raja yang sesungguhnya sesame berdarah Pammana itu yang diterima lamarannya ?. Maka menghadaplah Opu Patunru’ kepada Datu Luwu We Tenri Leleang, yakni ibunda Puteri We Tenriabang. “ KEgaEna ritangke’, kEgaEtona risampEang, Opukku ?” (Yang mana kiranya diterima dan yang mana pula ditolak, Tuanku ?). Menjawablah Sang Ratu : “Namoni mallipa’ karoro, rEkko To Pammana, tangke’i maElE” (walau andai mengena

KERAJAAN KUTAI KARTANEGARA DAN KISAH TANGGA ARUNG (TENGGARONG)

Jejak Perjuangan Warga Bugis Dalam Sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara Jakarta (Nusantara TIME) - Kerajaan Kutai Kartanegara berdiri pada awal abad ke-13 di daerah yang bernama Tepian Batu atau Kutai Lama (kini menjadi sebuah desa di wilayah Kecamatan Anggana) dengan rajanya yang pertama yakni Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300-1325). Kerajaan ini disebut dengan nama Kerajaan Tanjung Kute dalam Kakawin Nagarakretagama (1365), yaitu salah satu daerah taklukan di negara bagian Pulau Tanjungnagara oleh Patih Gajah Mada dari Majapahit. Pada abad ke-16, Kerajaan Kutai Kartanegara dibawah pimpinan raja Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa berhasil menaklukkan Kerajaan Kutai (atau disebut pula Kerajaan Kutai Martadipura atau Kerajaan Kutai Martapura atau Kerajaan Mulawarman) yang terletak di Muara Kaman. Raja Kutai Kartanegara pun kemudian menamakan kerajaannya menjadi Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura sebagai peleburan antara dua kerajaan tersebut. Pada abad ke-17, agama Islam ya

Makhluk yang Menghuni Bumi Sebelum Adam

Bumi tempat kita berpijak usianya sudah miliaran tahun. Sebelum akhirnya dihuni manusia pertama yakni Adam, bumi menurut ahli tafsir sudah dihuni oleh beberapa makhluk. Berkenaan dengan penciptaan Adam, mayoritas ulama Islam percaya bahawa Adam dan Hawa telah dicipta dengan lengkap di Surga. Mereka kemudiannya dihantar ke bumi usai memakan buah yang terlarang. Keturunan mereka mengisi populasi bumi dan memulai sejarah manusia. Manurut ahli tafsir pada saat bumi berumur delapan ribu tahun, keadaanya masih kosong. Di sini sudah terdapat banyak biji sawi putih. Kemudian Allah SWT menciptakan seekor unggas yang bernama Tabirunnasar. Allah SWT berfirman kepada-Nya : Hai unggas tabirunnasar, makanlah olehmu biji sawi itu. Apabila habis biji sawi itu, engkau akan kumatikan. Sang unggas pun memakan biji-bijian itu. Namun, cara memakannya diatur: pertama, sehari satu biji yang dimakan. Setelah semakin berkurang, maka kini dimakannya hanya satu biji sebulan. Biji sawi itu semakin berku