Langsung ke konten utama

La Temmassonge To Appaweling (1749–1775)

La Temmassonge To Appaweling nama kecilnya adalah La Mappasossong. Sebelum diangkat menjadi Mangkau di Bone menggantikan saudaranya Batari Toja Daeng Talaga, ia telah menjadi Arung Baringeng dan Ponggawa Bone. Disamping itu ia pernah pula menjadi Tomarilaleng di Bone pada masa pemerintahan Batari Toja.

Dia adalah anak dari La Patau Matanna Tikka MatinroE ri Nagauleng Arumpone yang ke 16 yang menggantikan pamannya La Tenri Tatta MalampeE Gemme’na. Menurut garis keturunannya, dia bukanlah putra mahkota ( anak pattola ) karena ibunya bukan-lah Arung Makkunrai (permaisuri). Oleh karena itu La Temassonge’ hanyalah dipandang sebagi cera’ rimannessaE – sengngengngi ri mallinrungE. Artinya pada kenyataannya dia adalah anak cera’, tetapi sesungguhnya adalah anak sengngeng (putra mahkota).
Hal ini terjadi karena hanya dua isteri La Patau Matanna Tikka yang diakui sebagai permaisuri, yakni; We Ummung Datu Larompong dari Luwu dan We Mariama Karaeng Patukangang dari Gowa. Sementara ibu La Temmassonge’ walaupun dia adalah keturunan bangsawan tinggi, tetapi tidak termasuk sebagai Arung Makkunrai, sehingga La Temmassonge’ hanya dianggap sebagai cera’.
Tetapi karena putra mahkota sudah tidak ada lagi yang bisa diangkat sebagai Mangkau di Bone pada saat itu, maka pilihan dialihkan kepada La Temmassonge’ untuk diangkat menjadi Mangkau di Bone menggantikan saudaranya Batari Toja Daeng Talaga MatinroE ri Tippulunna. Posisi La Temmassonge’ sebagai cera ri mannessaE – sengngengngi ri mallinrungE , hanya diketahui oleh saudaranya Batari Toja. Dengan demikian, sebelum meninggal dunia, Batari Toja telah berpesan bahwa yang bakal menggantikannya kelak adalah La Temmassonge’ To Appaweling.
Pada saat-saat terakhir Batari Toja dia dirawat oleh La Temmassonge’ karena Batari Toja menganggap bahwa La Temmassonge’adalah saudaranya yang paling dekat.Itulah sebabnya sehingga banyak putra bangsawan Bone yang menganggap bahwa La Temmassonge’ tidak pantas untuk diangkat menjadi Arumpone, terutama keluarga Arung Kaju yang pernah dibunuhnya. Itu pula sebabnya sehingga Akkarungeng La Temmassonge’ di Bone terkatung-katung sejak tahun 1749 M. dan nantilah pada tahun 1752 M. baru dilantik sebagai Arumpone.
Untuk itu La Temmassonge’ minta dukungan Kompeni Belanda di Ujungpandang agar kedudukannya sebagai Mangkau’ di Bone bisa dikukuhkan. Datang pula Arung Berru dan Addatuang Sidenreng meminta kepada Pembesar Kompeni Belanda di Makassar agar kedudukan La Temmassonge’ sebagai Arumpone segera dikukuhkan.
Karena desakan Arung Berru dan Addatuang Sidenreng yang bernama To Appo, yang kemudian didukung oleh Pembesar Kompeni Belanda yang bernama Asmaun, maka para anggota Hadat Bone kembali menerima La Temmassonge sebagai Mangkau’ di Bone, dan dikukuhkan pada tahun 1752 M.
Adapun isteri La Temmassonge’ yang diakui sebagai Arung Makkunrai (permaisuri) adalah We Mommo Sitti Aisah anak dari Maulana Muhammad dengan isterinya. Datu Rappeng. We Mommo Sitti Aisah adalah cucu langsung dari Seikh Yusuf Tuanta Salamaka ri Gowa.
Pembesar Kompeni Belanda di Ujungpandang yang bernama Asmaun masuk ke Bone untuk menenangkan situasi dan setelah semua permasalahan dianggap selesai dan kedudukan La Temmassonge’ sebagai Arumpone dianggap aman, upaya-upaya untuk merebut kekuasan terhadap La Temmassonge’ telah tidak ada, barulah Pembesar Kompeni Belanda membenarkan La Temmassonge’ untuk menetap di Bone.
Disamping sebagai Mangkau’ di Bone, La Temmassonge’ juga dikenal sebagai Datu di Soppeng. Dalam khutbah Jumat namanya disebut sebagai Sultan Abdul Razak Jalaluddin. La Temmassonge’ memang dikenal sebagai penganut agama Islam yang taat dan sangat patuh dalam beribadah.
La Temmassonge’ dikenal sebagai Mangkau di Bone yang memiliki banyak anak.Dalam catatan terdapat kurang lebih 80 dengan jumlah isteri yang tidak sempat dihitung. Namun isteri yang dianggapnya sebagai Arung Makkunrai (permaisuri) adalah We Mommo Sitti Aisah cucu dari Tuanta Salamaka ri Gowa.
Adapun anak-anak dari isterinya yang bernama We Mommo Sitti Aisah; La Baloso To Akkaottong, inilah yang menjadi Maddanreng di Bone. La Baloso kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Tenriawaru Arung Lempang anak dari saudara perempuan ayahnya. Dari perkawinan La Baloso dengan We Tenriawaru Arung Lempang, lahirlah La Sibengngareng dan inilah yang kemudian menjadi Maddanreng di Bone.
Satu lagi anaknya bernama La Cuwa Arung Lempang, selanjutnya bernama La Balo Ponggawa Pelaiyengi Pattimpa. Berikutnya bernama We Daraima dan We Maukati. Inilah yang kawin dengan La Sau Arung Kalibbong. Selanjutnya bernama We Tenripappa MajjumbaE , inilah yang kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama La Maddinra Arung Rappeng Betti’E. La Maddinra Arung Rappeng adalah anak saudara La Baloso yang bernama La Kasi Daeng Majarungi Puanna La Tenro dari isterinya yang bernama We Tenri Ona Arung Rappeng.
Dari perkawinan We Tenripappa MajjumbaE dengan La Maddinra Arung Rappeng Betti’E lahirlah We Tenri. Inilah yang kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama La Makkulawu Arung Gilireng. Dari perkawinan itu lahirlah; pertama bernama We Bangki Arung Rappeng, kedua bernama La Gau’ Arung Pattojo Ponggawa Bone, We Tenri Pasabbi Arung Rappeng, La Palettei Ponggawa Bone, La Wawo, La Mappajanci, We Nunu Arung Manisang Datu Pammana, La Massalewe, We Pana dan We Sompa Arung Baleng.
We Tenri Pasabbi Arung Gilireng kawin dengan To Allomo CakkuridiE di Wajo. Dari perkawinan itu lahirlah La Tulu CakkuridiE di Wajo. Berikutnya We Maddilu Arung Bakung, inilah yang kawin dengan La Kuneng Addatuang ri Suppa Arung Belawa Orai. Dari perkawinan itu lahirlah ; We Time Addatuang Sawitto, We Cinde Addatuang Sawitto MatinroE ri Polejiwa, La Cibu Ponggawa Bone Addatuang Sawitto, La Tenri Lengka Datu Suppa, We Maddika atau We Tenri Lippu Daeng Matana Arung Kaju, We Pada Uleng Arung Makkunrai MatinroE ri Sao Denrana dan Muhammad Saleh Arung Sijelling dan sebagai Arung Alitta.
Selanjutnya adik We Maddilu Arung Bakung adalah We Padauleng atau We Tenri Pada , kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama La Tenri Tappu To Appaliweng Daeng Palallo.
Kemudian anak La Temmassonge’ yang merupakan adik dari La Baloso adalah We Pakkemme, inilah yang menjadi Arung Majang. We Pakkemme kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama La Muanneng Arung Pattiro, anak dari La Pareppai To Sappewali MatinroE ri Somba Opu dengan isterinya yang bernamaWe Gumittiri.
Berikutnya adik We Pakkemme adalah We Tenri Olle, inilah yang menjadi Datu Bolli. We Tenri Olle kawin dengan La Mappajanci Daeng Massuro Datu Soppeng. Oleh karena itu La Mappajanci disebut juga sebagai PollipuE ri Soppeng MatinroE ri Laburaung. La Mappajanci Datu Soppeng adalah anak dari PajungE ri Luwu yang bernama La Mappassili Arung Pattojo MatinroE ri Duninna.
We Tenri Olle dengan La Mappajanci melahirkan anak yang bernama La Mappapole Onro, inilah yang menjadi Datu Soppeng MatinroE ri Amala’na. Berikutnya bernama We Tenri Ampareng Arung Lapajung, inilah yang menjadi Datu Soppeng MatinroE ri Barugana.
Adik We Tenri Olle adalah We Rana, inilah yang menjadi Ranreng Towa di Wajo. Kawin dengan La Toto Arung Pallekoreng, anak dari La Mampulana Arung Ugi dengan isterinya yang bernama I Yabang. Dari perkawinan itu lahirlah Sitti Hudaiya Ranreng Towa Wajo. Inilah yang kawin dengan La Tenri Dolo Arung Telle. Selanjutnya lahir Amirah Ranreng Towa Wajo.
Amirah kawin dengan La Pabeangi Petta TurubelaE anak dari We Tungke MajjumbaE dengan suaminya yang bernama La Cella Patola Wajo. Dari perkawinan Amirah dengan La Pabeangi, lahirlah We Panangareng Arung Tempe Selatan. Selanjutnya La Pawellangi PajumperoE Ranreng Tuwa dan Arung Matowa Wajo.
Selanjutnya adik dari We Rana adalah We Hamidah Arung Takalar Petta MatowaE. We Hamidah kawin dengan anak sepupu satu kalinya yang bernama La Mappapenning Daeng Makkuling Ponggawa Bone MatinroE ri Tasi’na. Dari perkawinan itu lahirlah La Tenri Tappu To Appaliweng Daeng Palallo MatinroE ri Rompegading. La Tenri Tappu kawin dengan We Tenri Pada atau We Padauleng anak dari La Baloso Maddanreng Bone dengan isterinya We Tenriawaru Arung Lempang. Adik La Tenri Tappu adalah We Yallu Arung Apala. Inilah yang kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama La Mappapole Onro Datu Soppeng MatinroE ri Amala’na. Selanjutnya La Unru Datu Pattiro, La Mata Esso, We Dende dan We Tenri Kaware Arung Balusu.
Karena We Mommo Sitti Aisah meninggal dunia, maka Arumpone La Temmassonge mengawini adiknya yang bernama Sitti Habiba. Dari perkawinannya itu, lahirlah; La Massarasa Arung Pallengoreng, La Palaguna Arung Nangka dan juga Arung Ugi serta Dulung Awang Tangka. Anak La Palaguna kemudian menjadi Arung Lamatti.
Berikutnya bernama La Patonangi atau La Tone, inilah yang menjadi Arung Amali. La Patonangi kawin dengan We Kamummu Arung Bungkasa. Anak berikutnya berada di Luwu yang bernama La Makkasau Arung Kera juga sebagai Dulung Pitumpanuwa. La Makkasau kawin dengan We Kambo Opu Daeng Patiware anak dari We Tenriwale Daeng Matajang MatinroE ri Limpo Paccing dengan suaminya yang bernama La Tenri Tadang Pallempa Walenrang. Ini adalah cucu dari We Patimana Ware saudara MatinroE ri Tippulunna.
La Makkasau dengan We Kambo Opu Daeng Patiware melahirkan anak ; pertama bernama La Riwu To Paewangi Pallempa Walenrang, kedua bernama La Ewa Opu To Palinrungi, ketiga bernama La Waje Ambo’na Riba Arung Kera Dulung Pitumpanuwa, keempat bernama We Pada Daeng Malele, kelima bernama We Biba Daeng Talebbi.
Semua adik La Makkasau berada di Luwu, kecuali We Seno Datu Citta. We Seno Datu Citta kawin dengan La Maddussila To Appangewa Karaeng Tanete , anak dari We Tenri Leleang PajungE ri Luwu MatinroE ri Soreang Tanete dengan suaminya yang bernama La Mallarangeng To Pasamangi Datu Mario Riwawo juga sebagai Datu Lompulle.
We Seno dengan La Maddussila melahirkan anak ; pertama bernama La Bacuapi , inilah yang menjadi Datu di Citta juga sebagai Dulung Ajangale MatinroEb ri Kananna ri Leangleang pada saat berperangnya Arumpone To Appatunru dengan Inggeris pada tahun 1814. Kedua bernama We Kajao Datu Citta, ketiga bernama We Hatija Arung Paopao.
We Hatija Arung Paopao kawin dengan To Appasawe Arung Berru, anak dari To Appo Arung Berru Addatuang Sidenreng MatinroE ri Sumpang MinangaE dengan isterinya yang bernama We Besse Karaeng Leppangeng. Dari perkawinannya itu lahirlah Sumange’ Rukka To Patarai Arung Berru. Sumange’ Rukka Arung Berru masuk ke Bone kawin dengan We Baego Arung Macege anak dari Arumpone yang bernama La Mappasessu To Appatunru MatinroE ri Laleng Bata dengan isterinya yang bernama We Bau Arung Kaju. Dari perkawinannya itu, lahirlah We Pada Arung Berru.
Saudara We Seno yang bernama We Soji Arung Tanete kawin dengan La Makkawaru Arung Atakka Tomarilaleng Bone, anak dari To Appo Addatuang Sidenreng dengan isterinya yang bernama We Panidong Arung Atakka. Dari perkawinannya itu lahirlah Sumange’ Rukka Ambo Pajala. Inilah yang kawin dengan We Tenri Kaware Arung Saolebbi juga sebagai Arung Balosu anak dari La Mappapole Onro Datu Soppeng MatinroE ri Amala’na.
Sumange’ Rukka Ambo Pajala dengan We Tenri Kaware melahirkan La Passamula BadungE Arung Balosu. Inilah yang kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Bonga anak dari La Unru Datu Soppeng dengan isterinya We Mariyama Mabbaju LotongE. Selanjutnya We Bonga Petta Indo I Lampoko dengan suaminya La Passamula Bau Baso Arung Balosu, inilah yang kemudian menjadi Sule Datu di Soppeng.
Saudara La Passamula BadungE yang lain bernama La Patongai, inilah yang menjadi Datu di Pattiro. La Patongai kemudian kawin dengan We Panangareng Datu Lompulle anak dari La Rumpang Megga Dulung Ajangale, juga sebagai Datu Lamuru dan Mario Riwawo.Disamping itu, La Rumpang Megga juga sebagai Karaeng diTanete.Dari perkawinan We Panangareng dengan La Patongai, lahirlah La Onro Datu Lompulle dan Datu Soppeng MatinroE ri Galung.
La Onro kawin di Wajo dengan We Cecu Arung Ganra yang juga sebagai Arung Belawa, anak dari To Lempeng Arung Singkang yang juga sebagai Datu Soppeng MatinroE ri Larompong. La Onro dengan We Cecu melahirkan anak bernama La Pabeangi Arung Ganra yang kemudian menjadi Sule Datu di Soppeng. Selanjutnya La Pabeangi kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Tenri Sui Sitti Zaenab Arung Lapajung yang juga sebagai Datu Soppeng, anak dari We Mappanyiwi Patola Wajo Arung Singkang dengan suaminya La Walinono Datu Botto.
Anak La Onro dengan We Cecu yang lain bernama We Soji Datu Madello. Inilah yang kawin dengan La Tengko Manciji Wajo Arung Belawa Alau, anak La Tune Arung Bettempola dengan isterinya yang bernama Sompa Ritimo Arung Penrang. Anak yang lain bernama La Rumpang Datu Pattiro, inilah yang kawin dengan We Bebu Datu Suppa tidak melahirkan anak. Kemudian La Rumpang kawin dengan We Tappa, lahirlah La Makkulawu yang menjadi Ranreng Talotenre.
Selanjutnya La Onro kawin lagi dengan We Dulung, lahirlah La Cube yang kemudian menjadi Pangulu Lompo di Galung. La Cube kawin dengan We Munde saudara perempuan La Sana Arung Lompengeng yang digelar Jenderal Lompengeng.
Anak La Temmassonge’ yang lain dari isterinya yang bernama Sitti Habiba, adalah La Potto Kati Datu Baringeng Ponggawa Bone yang juga sebagai Arung Attang Lamuru. Inilah yang kawin dengan anak Karaeng Agang PancaE dengan Karaeng Popo. Dari perkawinannya itu, lahirlah anaknya; pertama bernama Sitti Hawang Arung Ujung , kedua bernama La Tadampare To Appotase Arung Ujung.
Sitti Hawang kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama La Gau Ambo Pacubbe Arung Tanete. Sedangkan La Tadampare To Appotase kawin dengan Hidayatullah Colli’ PujiE Arung Pancana, anak dari La Rumpang Megga Arung Tanete MatinroE ri Muttiara dengan isterinya yang bernama Sitti Patimah Colli’ PakuE Daeng Tarape.
Dari perkawinan La Tadampare atau La Tenrengeng dengan Colli’ PujiE, lahirlah anak; pertama bernama We Gasi Arung Atakka, kedua bernama La Makkarumpa Arung Ujung , ketiga bernama We Tenri Olle Arung Tanete.
Saudara dari Sitti Hawang yang lain adalah; pertama bernama La Kaseng Arung Raja, kedua bernama La Supu Arung Suli. Selanjutnya We Tenri Olle Arung Tanete kawin dengan La Sangaji Arung Bakke anak dari La Mappatola Arung Bakke dengan isterinya yang bernama We Pada Datu Mario Attassalo. Dari perkawinan La Sangaji Datu Bakke dengan We Tenri Olle Arung Tanete, lahirlah ; pertama We Pancai’tana Bunga WaliE Datu Tanete, kedua bernama We Pattekke Tana Tonra LipuE Arung Lalolang, ketiga bernama La Tenri Sessu Rajamuda Datu Bakke.
We Pattekke Tana Arung Lalolang kawin dengan La Mappa Arung Pattojo, anak dari La Sunra Karaeng Cenrapole dengan isterinya yang bernama We Nillang Datu Kawerang. Dari perkawinannya itu lahirlah La Unru Sulewatang Tanete dan We Tenri Aminah.
La Tenri Sessu Rajamuda Datu Bakke kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Bube Arung Panincong, anak dari La Malleleang Datu Mario Riawa Attassalo dengan isterinya We Pabuka Arung Panincong. Dari perkawinannya itu, lahirlah ; pertama Baso Jaya Langkara Datu Tanete, kedua Besse Panincong, ketiga We Canno atau We Suhera Datu Bakke.
La Rajamuda Datu Bakke kawin lagi dengan We Daruma Petta Indo’na Cella. Dari perkawinan itu lahirlah seorang anak perempuan yang bernama We Mastura Petta Karaeng.
Selanjutnya Arumpone La Temmassonge’ kawin lagi dengan Sitti Sapiyah anak Arung Letta. Dari perkawinannya itu, lahirlah La Kasi Daeng Majarungi Puanna La Tenro Ponggawa Bone. Puanna La Tenro kawin dengan We Yabang Datu Watu Arung Pattojo MatinroE ri Pangkajenne, anak dari We Tenri Leleang Datu Luwu MatinroE ri Soreang. Dari perkawinan We Yabang Datu Watu dengan Puanna La Tenro, lahirlah We Muanneng dan La Tatta Petta Ambarala Ambo’ Paggalung.
We Muanneng kawin dengan La Sibengngareng Arung Alitta, anak dari La Posi Arung Alitta dengan isterinya yang bernama We Tenriangka. We Muanneng dengan La Sibengngareng melahirkan anak, yaitu; We Lewa, La Dadda, La Paduppai dan We Nandong.
We Lewa Arung Alitta kawin dengan La Rumanga Karaeng Barang Patola, anak dari We Ninnong Arung Tempe dengan suaminya yang bernama La Patarai Arung Lamunre. Dari perkawinannya itu, lahirlah ; La Pamessangi Petta Towa. Inilah yang kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama E Maragau Daeng Nadi, anak dari La Pawelloi Petta Datu ri JampuE dengan isterinya yang bernama E Kutana. E Maragau dengan Petta Towa melahirkan anak yang bernama We Patima Arung Lerang. Inilah yang kawin dengan La Bode Karaeng Jampu anak dari We Passulle, Addatuang Sawitto dengan suaminya La Gau Arung Pattojo Ponggawa Bone.
We Patima Arung Lerang dengan suaminya La Bode Karaeng Jampu melahirkan anak yang bernama Daeng Rawisa Mabbola SadaE Arung Jampu. Inilah yang kawin dengan I Koso Karaeng Allu. Dari perkawinannya itu lahirlah La Pawelloi. Kemudian La Pawelloi kawin dengan sepupu dua kalinya yang bernama We Tenri anak dari We Dalaintang dengan suaminya To Sangkawana. Dari perkawinan We Tenri dengan La Pawelloi lahirlah La Parenrengi Bau Ila dan E Siseng Bau Polo.
Adapun La Tatta Petta Ambarala kawin dengan orang Melayu yang bernama Encik Sitti Mainong. Dari perkawinannya itu lahirlah La Pakkamunri Daeng Patobo. Inilah yang melahirkan La Maddiolo Daeng Pabeta. Selanjutnya La Maddiolo Daeng Pabeta melahirkan Bumihari. Bumihari inilah yang kawin dengan Encik Hatibe Abdullah Saeni. Dari perkawinannya itu lahirlah ; pertama Encik Zainul Abidin, Encik Bala, Encik Jauhar Manikam dan Encik Cahaya.
La Pakkamunri Daeng Patobo kawin lagi dan melahirkan La Kangkong Petta Nabba. Inilah yang kawin dengan I Jaleha Daeng Jenne dan melahirkan dua anak laki-laki, pertama bernama Tuan Panji dan yang kedua bernama Encik Padu Salahuddin Daeng Patangnga. Kemudian Daeng Patangnga melahirkan anak satu laki-laki dan dua anak perempuan. Laki-laki bernama Encik Abdul Karim Daeng Pasau dan perempuan bernama masing-masing Encik Kebo dan Encik Innong Daeng Tono.
Selanjutnya La Kasi Puanna La Tenro kawin lagi dengan We Tenri Ona Arung Rappeng anak dari We Senru Arung Rappeng dengan suaminya La Cella Datu Bongngo Arung Gilireng. Dari perkawinannya itu, lahirlah La Maddinra Arung Rappeng Betti’E. Inilah yang kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Tenri Pappa MajjumbaE anak dari La Baloso Maddanreng Bone dengan isterinya yang bernama We Tenri Awaru Arung Lempang.
We Tenri Pappa MajjumbaE dengan La Maddinra Arung Rappeng melahirkan anak perempuan yang bernama Qwe Matana Arung Rappeng. Inilah yang kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama La Makkulawu Arung Gilireng anak dari La Canno Arung Gilireng Lampe Uttu dengan isterinya We Mappanyiwi Daeng Takennang Datu Lagosi.
We Matana Arung Rappeng dengan La Makkulawu Arung Gilireng melahirkan anak ; pertama bernama We Bangki Arung Rappeng, kedua bernama La Gau Arung Pattojo Ponggawa Bone, ketiga bernama We Tenri Pasabbi Arung Gilireng, keempat bernama We Nunu Arung Manisang Datu Pammana, kelima La Palettei Ponggawa Bone, keenam We Sampa Arung Baleng, ketujuh bernama La Wawo, kedelapan bernama We Pana, kesembilan bernama La Mappajanci dan kesepuluh bernama La Massalewe.
Kemudian Arumpone La Temmassonge’ kawin lagi dengan We Salima Ajappasele, melahirkan anak perempuan bernama We Nime. Inilah yang kemudian kawin dengan Datu Bengo. Dari perkawinannya itu, lahirlah La Dekke Daeng Silasa Petta Bekka’E. Kemudian Petta Bekka’E kawin dengan Karaeng SombaE yang kemudian melahirkan La Mapparewe Daeng Makkuling Datu Bengo.
Pada hari Senin 29 Jumadil Akhir 1133 H. Arumpone La Temmassonge’ memperjelas pemberian saudaranya Batari Toja MatinroE ri Tippulunna baik semasa hidupnya maupun setelah meninggal dunia yang dipesankan kepadanya. Setelah itu iapun masuk kepada Kompeni Belanda untuk mempersaksikan pemberian Batari Toja tersebut.
Inilah penjelasan Arumpone La Temmassonge’,
”Adapun yang diberikan Batari Toja kepada saya ketika masih hidup, seperti; Baringeng, Amali, Pattiro, PaddakkalaE di Bantaeng, saya diberikan ketika berada di Kessi. Sedangkan yang dipesankan, adalah ; Timurung, Majang, Pallengoreng, Kera, Tuwa, Ugi, Citta, Lapajung,Tellu Latte’ E dan Ta’. Selanjutnya Tuwa saya serahkan kepada We Rana, Citta saya serahkan kepada We Seno, Majang saya serahkan kepada We Pakkemme’, Pallengoreng saya serahkan kepada La Massarasa, Ugi saya serahkan kepada La Palaguna, Kera saya serahkan kepada La Makkasau, Takalar saya serahkan kepada We Yamida. Sedangkan Timurung dan NakkaE, itulah yang akan saya tempati sampai tiba ajalku. Siapa saja yang merawat saya sewaktu saya sakit, itulah yang akan memilikinya.”
Pada saat menjadi Mangkau’ di Bone, anaknya di Soppeng, di Tanete, di Luwu dari We Tenri Sui Datu Mario Riwawo dengan La Pottobune Arung Tanatengnga Addatuang ri Lompulle, ditulis dalam lontara’ Bone dan Soppeng bahwa; Bone dan Mario Riwawo tempat lahirnya KadhiE, Lompulle tempat asal SengngengngE, Tanete sumber pas- seajingeng dan Soppeng tempat untuk memilih.
Dalam tahun 1775 M. Arumpone La Temmassonge’ Arung Baringeng meninggal dunia dalam usia 80 tahun. Dalam khutbah Jumat, dia dinamakan Sultan Abdul Razak Jalaluddin. Karena dia meninggal di Malimongeng, maka digelar MatinroE ri Malimongeng.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKS PAKKIO' BUNTING (PANTUN MENJEMPUT PENGANTIN MAKASSAR)

Iya dende ‘Iya dende Nia tojemmi anne battu Bunting kutayang Salloa kuminasai Nampako ri ujung bori’ Ri appa Pakrasangangku Ku’rappo cini Kutimbarangngi pangngai Kuassennunju lania Nakuitungko labattu Ku’ragi memang Berasa ri mangko kebo’ Nasadia lebba batta Rappo ripala’ limangku Kunnanro memang Leko’ ri talang bulaeng Kuntu intang maccayanu Nibelo-belo jamarro, makilo-kilo Massingarri dallekannu Labbiri’ nuparamata Jamarro moncong bulonu Bulaeng ti’no Ansuloi paccini’nu Lekukapeangko anne Sumanga’nu mabellayya Ku kiyo’ tongi Tubunnu sallo lampayya Baji kualleko anne Bunga-bunga tamalatea Latei bunga Tamalate cinikannu Sakuntu’ sanrapangtongko Bulang simombo’ I Raya Nasussung pale Natinriang wari-wari Wari-wari kapappassang Pale’ mannuntungi bangngi, nisailenu Tamalajju cinikannu Nacini’ ma’mole-mole Ma’mole-mole nikio’ Daeng Ni pakalompo Nikanro ana’ karaeng Kupattannangngangko anne Tope talakka ri aya’ Malakka tope Tamalakka’ko I kau

Rumpun Keluarga To Takku

Rumpun keluarga To Takku  berdasarkan "Lontara' Akkarungeng Bone" dan "Lontara' Bilang Gowa"  merupakan simpul atau perpaduan silsilah dari keturunan  La Ali Petta Cambang Timurung,   La Ali Petta Tompo' Arung Galung Arung Manciri', We Saloge' Arung Cenrana Dan La Summi Pa'bicara Arungpone ri Takku. Dari rumpun tersebut ditemukan benang merah, bahwa keempatnya merupakan turunan langsung dari La Patau Matanna Tikka Raja Bone ke-16 . La Patau Matanna Tikka diketahui memiliki sembilan belas orang istri dan dari empat orang istri beliau anak-turunan mereka kawin-mawin satu sama lain. Ada pun nama-nama istri La Patau yang kemudian cucu-cucu meraka kawin-mawin dan menjadi satu generasi di keluarga To Takku dan menyebar di Kota Watampone, Kec. Tellu SiattingE, Kec. Dua BoccoE, Kec. Cenrana, Kec. Amali, Kec. Ajang Ale' dan di Kota Makassar serta di tanah Jawa, Sumatera, Maluku, Papua, Kalimantan, Malaysia, Singapore bahkan di Jerman dan A

TO UGI (BUGIS), TO RIAJA (TORAJA), TOLUU’ (LUWU) HINGGA TURUNAN TOMANURUNG

By La Oddang Tosessungriu Bahwa kata “To” adalah berarti “orang” bagi segenap suku di Sulawesi Selatan. Jauh diujung selatan, yakni Selayar hingga Tanjung Bira, Ara sampai Kajang, penutur bahasa “konjo” tatkala menyebut “To”, maka itu berarti “orang”. Terkhusus pada keyakinan kepercayaan “patuntung” di Kajang, bahkan menyebut Tuhan YME sebagai “To RiyE’ A’ra’na” (Orang Yang Memiliki Kehendak). Demikian pula di Jeneponto, menyebut orang dengan sebutan yang sedikit lebih “tipis”, sehingga menyebut kawasannya sebagai “TUratEa” (orang-orang yang bermukim di ketinggian). Perjalanan kemudian tiba di Gowa, yakni bekas kerajaan terbesar suku Makassar. Tiada beda dengan orang TuratEa, mereka menyebut “Tu” pula bagi masyarakat manusia, satu-satunya species mahluk Allah yang memiliki kemampuan mencipta peradaban di dunia fana ini. Demikian pula dengan seluruh kerajaan penutur Bahasa Bugis, EnrEkang, Duri, Pattinjo hingga Toraja, semuanya menyebut “To” bagi yang dimaksudkannya sebagai