Langsung ke konten utama

Keunikan konstelasi Razi Bintang & Matahari Serta Pengaruhnya



Dalam banyak literatur keagamaan di berbagai tempat di seluruh dunia, matahari dianggap sebagai objek yang agung, yang dipuja, dan bahkan disembah sejak ribuan tahun lalu. Hal ini wajar untuk dipahami mengingat bahwa matahari terbit setiap pagi, memberikan kehangatan dan penglihatan, menyingkirkan dari rasa takut, dan tanpanya manusia tahu bahwa kehidupan takkan berjalan di bumi. Maka adalah wajar untuk mereka saat itu berpikir bahwa matahari adalah objek yang mempunyai kekuatan superioritas di atas yang lain, sehingga matahari merupakan objek yang dikagumi sepanjang masa. Dari cara berpikir praktis seperti itulah, kemudian lambat laun manusia mempersonifikasikannya sebagai dewa atau jelmaan atau utusan tuhan, karena melihat kapasitas matahari yang sebagai ‘juru selamat manusia’, ‘cahaya bagi dunia’. Dari pemikiran semacam itulah kemudian muncul di berbagai teologi kebudayaan dari berbagai penjuru dunia nama-nama dewa yang teranalogikan dari matahari. Misalkan saja yang termasuk paling terkenal adalah Horus. Horus adalah dewa matahari bangsa Mesir kuno, yang rangkaian hidupnya merupakan sebuah rangkaian mitos pergerakan matahari di langit. Pergerakan ini melewati 12 rasi bintang besar dalam satu tahun, yang kita kenal dengan istilah zodiak.
Zodiak
Zodiak merupakan perefleksian dari 12 bulan dalam setahun, 4 musim, dan titik balik matahari. Zodiak adalah rasi-rasi bintang yang dipersonifikasikan dengan bentuk-bentuk manusia atau binatang yang setiap wujudnya memiliki arti tertentu, seperti zodiak aquarius yang dipersonifikasikan dengan orang yang mengalirkan air dari kendi, yang melambangkan hujan pada musim semi.

Kembali kepada pembahasan tentang dewa matahari. Bangsa Mesir kuno adalah satu dari bangsa yang menganggap matahari sebagai dewa. Horus, dewa mereka, digunakan untuk personifikasi cahaya. Dia mempunyai musuh bernama Set, dewa kegelapan, personifikasi untuk malam. Setiap hari mereka bertarung untuk memperebutkan kekuasaan.
Horus dan Seth
Setiap pagi Horus menang melawan Set, dan ketika malam menjelang, Set menang dan mengirimnya ke dunia bawah. Perlu diketahui, ‘kegelapan melawan cahaya’, ‘kebaikan melawan kejahatan’, merupakan sebuah dualitas terbesar di dunia ini yang sampai sekarang masih dipertahankan. Begitu banyak dualitas yang mengibaratkan dua hal tersebut di dunia ini, seperti hitam dan putih, atas dan bawah, kanan dan kiri, bersih dan kotor, yin dan yang, raava dan vaatu (di film kartun Avatar Korra). Beberapa menyebut hubungan dua hal ini sebagai sebuah keseimbangan, yang jika hubungan tersebut dirusak, maka keseimbangan juga rusak.

Bicara tentang matahari dan kaitannya dengan tanggal 25 Desember, maka pembicaraan akan kembali kepada Horus. Berikut kisahnya.
Horus
Horus dilahirkan dari seorang perawan Isis-Meri pada tanggal 25 Desember. Kelahirannya ditandai dengan kemunculan sebuah bintang di sebelah timur. Bintang itu digunakan oleh 3 orang raja untuk memberkati juru selamat yang baru saja lahir - yaitu Horus. Saat Horus usia 12 tahun, dia menjadi seorang guru yang hebat. Ketika usianya 30 tahun, dia dibaptis oleh figur bernama Anup dan sejak itu dia mulai menyebarkan ajarannya. Dia memiliki 12 murid setia yang menyertai perjalanannya. Dia banyak melakukan mukjizat seperti berjalan diatas air dan menyembuhkan penyakit. Dia juga memiliki banyak julukan seperti ‘Sang Kebenaran’, ‘Sang Cahaya’, ‘Anak Tuhan yang Diberkati’, ‘Gembala yang Baik’, ‘Anak Domba Tuhan’, dan lain-lain. Setelah dia dikhianati, dia disalib dan dikuburkan. Setelah 3 hari, dia kemudian bangkit dari kematian. jika kita melihat ke konsep teologi di banyak kebudayaan, tampak cerita-cerita mereka hampir sama dengan cerita Horus ini. Misalkan Attis (Piriggia) yang lahir dari perawan Nana pada 25 Desember, disalib, dimakamkan, dan bangkit dari kubur setelah 3 hari. Krishna (India), lahir dari perawan Devaki, kelahirannya ditandai dengan kemunculan bintang di timur, dia melakukan banyak mukjizat, dan bangkit setelah kematiannya. Dionysus (Yunani) lahir dari perawan pada 25 Desember. Dia adalah seorang guru yang melakukan melakukan perjalanan dan melakukan banyak mukjizat. Dia dijuluki ‘anak tuhan satu-satunya’, ‘raja dari raja’, ‘alfa dan omega’, dan lain-lain. Dia bangkit lagi setelah kematiannya. Mithra (Persia), lahir dari seorang perawan pada 25 Desember. Dia memiliki 12 murid dan melakukan banyak mukjizat. Setelah dia mati, dia dikubur dan bangkit lagi setelah 3 hari. Dia dikenal sebagai ‘sang kebenaran’, ‘sang cahaya’, dan lain-lain. Uniknya, hari yang disucikan untuk memuja Mithra adalah hari Minggu. Dan masih banyak lagi ‘juru selamat’ lain dari berbagai kebudayaan, misalnya Indra dari Tibet, Jao dari Nepal, Thammuz dari Syria, Beddru dari Jepang, Prometheus dari Kaukasus, dan lain sebagainya.

Kembali ke bahasan mengenai juru selamat. ‘Juru selamat kontemporer’ saat ini adalah Yesus Kristus. Berikut kisahnya. Yesus Kristus dilahirkan dari perawan Maria pada tanggal 25 Desember di tempat bernama Bethlehem. Kelahirannya ditandai dengan munculnya bintang dari timur, yang kemudian diikuti oleh 3 orang raja (orang majusi) untuk menemukan dan memberkati juru selamat yang baru saja lahir. Di umur 12 tahun dia sudah menjadi guru. Lalu di umur 30 tahun dia dibaptis oleh John pembaptis dan dia mulai menyebarkan ajarannya. Yesus memiliki 12 murid yang mengikuti perjalanan bersamanya. Dia melakukan banyak perjalanan dan melakukan berbagai mukjizat seperti menyembuhkan orang sakit, berjalan di atas air, menghidupkan orang mati, dan sebagainya. Dia dikenal sebagai ‘raja segala raja’, ‘anak tuhan’, ‘cahaya dunia’, ‘alfa dan omega’, ‘anak domba tuhan’, dan masih banyak lagi. Setelah dikhianati oleh Yudas, muridnya dengan menjualnya seharga 30 keping perak, dia disalibkan, ditempatkan dalam sebuah makam, dan bangkit setelah 3 hari untuk menuju Surga. Sebagai catatan, ini adalah kisah menurut mereka, ummat Kristiani. Sedangkan menurut Islam, Yesus (Isa) tidaklah disalib, namun orang yang diserupakan dengan nabi Isa-lah yang disalib. Dalam Qur’an surah An Nisa’ ayat 157-158 Allah telah menjelaskan,
“dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka, ‘Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah*)’, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang (pembunuhan) Isa, selalu dalam keragu-raguan tentang yang dibunuhnya itu. Mereka benar-benar tidak tahu (siapa sebenarnya yang dibunuh itu), melainkan mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakin telah membunuhnya. Tetapi Allah telah mengangkat Isa kehadiratNya. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
*)Mereka menyebut Isa putra Maryam itu Rasul Allah ialah sebagai ejekan, karena mereka sendiri tidak mempercayai kerasulan Nabi Isa a.s. tersebut.
Sedangkan dalam Bibel dikatakan bahwa Yesus mati terbunuh jam tiga sore diatas gantungan tiang salib hanya mengenakan sehelai kain yang menutupi kemaluannya (Lukas 23:44-46). Dari sini jelaslah perbedaan mendasar tentang siapa yang disalib menurut pandangan Islam dan Kristen.
Melihat cerita kelahiran Yesus diatas, ada beberapa hal yang bisa dianalisa. Terkait dengan kelahiran Yesus dan kemunculan bintang dari timur, adalah sepenuhnya ilmu perbintangan. Bintang yang muncul dari timur adalah Sirius, bintang paling terang di malam hari yang pada tanggal 24 Desember berada pada posisi sejajar dengan 3 bintang paling terang di gugusan sabuk Orion. Ketiga bintang terang tersebut, sejak zaman dulu hingga sekarang dikenal sebagai 3 raja.
Sirius dan 3 Raja
Sirius, dan 3 raja (orang majusi) tersebut menunjuk pada tempat terbitnya matahari pada tanggal 25 Desember. Inilah penjelasan pernyataan “Kelahirannya ditandai dengan munculnya bintang dari timur, yang kemudian diikuti oleh 3 orang raja (orang majusi) untuk menemukan dan memberkati juru selamat yang baru saja lahir”, yang menginterpretasikan Yesus sebagai mataharinya. Kemudian perawan Maria (Virgin Maria) adalah menunjuk rasi bintang Virgo yang dikenal pula dengan sebutan sang perawan Virgo. Dalam bahasa latin, Virgo berarti perawan. Virgo juga dapat diartikan sebagai lumbung roti, dan lambang Virgo adalah seorang perawan yang memegang gandum.

Virgo
Ini adalah isyarat bahwa Virgo menyimbolkan waktu panen, yaitu bulan Agustus dan September. Bahkan, Bethlehem jika diartikan secara harfiah juga berarti lumbung roti (house of bread), yang mengacu kembali pada Virgo. Jadi, bisa jadi bahwa Bethlehem sebenarnya mengacu pada tempat di langit, bukan di bumi.

Ada hal menarik disini mengapa harus tanggal 25 Desember. 25 Desember adalah titik balik matahari musim dingin. Selama rentang waktu antara titik balik matahari musim panas sampai titik balik balik matahari musim dingin, hari-hari akan semakin pendek dan dingin. Selama waktu itu, jika dilihat dari bumi bagian utara, matahari akan terlihat bergerak ke selatan, dan tumbuh-tumbuhan mulai meranggas karena mendekati musim dingin. Hal ini dianggap masyarakat zaman dulu sebagai proses menuju kematian. Proses kematian matahari. Tanggal 22 Desember adalah puncaknya ‘kematian matahari’. Disinilah menariknya, bahwa setelah tanggal 22 Desember, matahari tidak lagi bergerak ke selatan, namun dia berhenti selama 3 hari, yaitu pada tanggal 22, 23, dan 24 Desember. Dan pada 3 hari itu, matahari sedang berada di sekitar gugusan bintang Crux (salib selatan). Kemudian tanggal 25 Desembernya, matahari mulai ‘bangkit dari kematiannya’ dan bergerak naik 1 derajat. Kali ini matahari mulai bergerak ke arah utara, membawa hari-hari yang lebih panjang dan hangat, musim semi. Maka jelaslah sekarang mengenai pernyataan ‘mati selama 3 hari pada salib, kemudian bangkit atau terlahir kembali’. Itulah mengapa Yesus dan banyak cerita lainnya hampir sama tentang konsep penyaliban, mati selama 3 hari, dan bangkit dari kematian.
Masyarakat kuno tidak merayakan kebangkitan matahari itu hingga terjadinya titik balik matahari musim semi (vernal equinox) atau Paskah (easter). Hal itu karena diyakini matahari telah berhasil mengalahkan kekuatan jahat kegelapan sehingga durasi siang menjadi lebih lama, serta munculnya pertanda musim semi.
Hal lain yang menarik adalah tentang keduabelas muridnya. Angka 12 disebutkan berulangkali dalam alkitab. Angka dua belas dari murid Yesus ini pula sebagai simbol dari zodiak dimana Yesus adalah mataharinya. Jika kita melihat pada gambaran zodiak, akan kita temukan bahwa lingkaran zodiak tersebut dibagi oleh garis bersilangan yang membaginya menjadi 4 bagian sebagai perwakilan dari keempat musim. Di tengah-tengahnya terdapat matahari yang juga dilintasi oleh garis bersilang tersebut. Jika kita pendekkan gambarnya, akan terbentuk lingkaran yang dilewati garis bersilang tersebut. Itulah yang disebut salib zodiak milik kaum Pagan.
Salib Pagan
Dan itupula mengapa pada kesenian okultis awal, Yesus selalu digambarkan dengan kepala selalu didepan salib, sebab Yesus adalah matahari.

Yesus di depan salib
Maka tidak heran pula bahwa pada banyak perayaan agama Kristen akan kita temui kesamaan dengan ajaran kaum Pagan berikut pula simbol-simbolnya. Bahkan simbol salib sendiri bukanlah simbol asli kaum Kristen. Simbol asli kaum Kristen adalah ikan. Mengapa ikan? Inilah penjelasannya.

Lambang awal Kristen
Dalam ilmu perbintangan dikenal fenomena titik balik matahari. Orang-orang Mesir kuno dan jauh sebelum mereka tahu bahwa setiap 2150 tahun, matahari yag terbit saat titik balik matahari musim semi, akan menunjuk pada zodiak yang berbeda. Ini adalah akibat pergeseran yang terbentuk secara perlahan saat bumi berputar pada porosnya. Rentang waktu yang diperlukan bagi peralihan ke-12 simbol adalah sekitar 25.765 tahun (12 x 2150 = 25.800, hampir sama dengan 25.765). Fenomena ini dikenal sebagai tahun besar. Mereka menyebut setiap periode 2150 tahun sebagai satu era. Dari 4300 tahun sampai 2150 tahun sebelum masehi adalah era Taurus, sang Banteng. Kemudian tahun 2150 sampai 1 masehi adalah era Aries, sang Domba. Kemudian dari 1 masehi sampai 2150 masehi adalah era Pisces, dua ekor ikan dimana ini adalah era kita. Dan tahun setelah tahun 2150 masehi kita akan memasuki era baru, yaitu era Aquarius. Dalam alkitab perjanjian lama dikatakan bahwa ketika Musa kembali kepada kaumnya dia sangat murka karena melihat kaumnya menyembah patung banteng dari emas. Kenyataannya, (patung) banteng itu adalah Taurus, dan Musa adalah Aries. maka ketika era baru muncul, era lama harus ditinggalkan. Yesus adalah figur yang datang setelah era Aries, yaitu Pisces. Dalam perjanjian baru banyak ditemukan simbolitas ‘dua ikan’ ini.
We only have five loaves of breads and two fish. (Matt 14:17)
Jesus saw two brothers, they were casting a net, for they were fishermen. (when he started to teaching around Galilea)
Dari ayat-ayat tersebut kita melihat beberapa isyarat bahwa lambang atau simbol awal dari Yesus ini adalah Pisces, yang merupakan eranya.
Menilik lagi tentang cerita Yesus, akan kita temukan seolah bahwa kisah Yesus adalah tiruan dari kisah Horus yang sama-sama dipersonifikasikan dengan matahari. Bahkan, jika kita melakukan penelitian, akan ditemukan lebih banyak lagi kesamaan antara agama Kristen dan agama orang Mesir. Thomas Paine (1737-1809) pernah berkata, “agama Kristen adalah bentuk parodi dari pemujaan terhadap matahari, dimana mereka menempatkan seseorang bernama Kristus sebagai pengganti matahari, dan kemudian memujanya sebagaimana memuja matahari.”.
Pada tahun 325 di Roma, Kaisar Constantine mengadakan pertemuan dengan dewan di Nicea, yang kemudian dikenal dengan sebutan Konsili Nicea.
Konsili Nicea 325 M
Selama pertemuan inilah, doktrin-doktrin agama Kristen yang bersifat politik ditetapkan dan dimulailah sejarah panjang penumpahan darah serta penipuan spiritual atas nama Kristen. Dan kemudian selama 1600 tahun selanjutnya, Vatikan menancapkan kekuasaan politiknya atas seluruh wilayah Eropa, mengantarkan Eropa memasuki era kegelapan (Dark Age) yang diwarnai oleh kejadian-kejadian mengenaskan seperti Perang Salib dan Inkuisisi. Perlu diketahui, di masa Constantine, agama resmi Romawi adalah pemujaan matahari (Pagan). Kemudian karena melihat kenyataan bahwa sepeninggal Yesus, penganut ajaran Yesus (Kristen) terus berkembang dan semakin banyak serta mulai terjadinya perseteruan berujung perang antara kaum Kristen dan Pagan sehingga mengancam dan memecah belah Romawi, maka Constantine memutuskan untuk menyatukan Romawi dalam sebuah agama tunggal. Maka, dileburlah simbol-simbol, tradisi-tradisi, dan ritus-ritus Pagan kedalam tradisi Kristen sehingga dapat diterima kedua belah pihak, maka diadakanlah Konsili Nicea tadi. Termasuk dalam Konsili Nicea adalah penetapan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Kemudian keputusan gereja menjadi mutlak dan tak boleh ditentang. Inilah yang menyebabkan Eropa saat itu berada dalam Dark Age.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKS PAKKIO' BUNTING (PANTUN MENJEMPUT PENGANTIN MAKASSAR)

Iya dende ‘Iya dende Nia tojemmi anne battu Bunting kutayang Salloa kuminasai Nampako ri ujung bori’ Ri appa Pakrasangangku Ku’rappo cini Kutimbarangngi pangngai Kuassennunju lania Nakuitungko labattu Ku’ragi memang Berasa ri mangko kebo’ Nasadia lebba batta Rappo ripala’ limangku Kunnanro memang Leko’ ri talang bulaeng Kuntu intang maccayanu Nibelo-belo jamarro, makilo-kilo Massingarri dallekannu Labbiri’ nuparamata Jamarro moncong bulonu Bulaeng ti’no Ansuloi paccini’nu Lekukapeangko anne Sumanga’nu mabellayya Ku kiyo’ tongi Tubunnu sallo lampayya Baji kualleko anne Bunga-bunga tamalatea Latei bunga Tamalate cinikannu Sakuntu’ sanrapangtongko Bulang simombo’ I Raya Nasussung pale Natinriang wari-wari Wari-wari kapappassang Pale’ mannuntungi bangngi, nisailenu Tamalajju cinikannu Nacini’ ma’mole-mole Ma’mole-mole nikio’ Daeng Ni pakalompo Nikanro ana’ karaeng Kupattannangngangko anne Tope talakka ri aya’ Malakka tope Tamalakka’ko I kau

Rumpun Keluarga To Takku

Rumpun keluarga To Takku  berdasarkan "Lontara' Akkarungeng Bone" dan "Lontara' Bilang Gowa"  merupakan simpul atau perpaduan silsilah dari keturunan  La Ali Petta Cambang Timurung,   La Ali Petta Tompo' Arung Galung Arung Manciri', We Saloge' Arung Cenrana Dan La Summi Pa'bicara Arungpone ri Takku. Dari rumpun tersebut ditemukan benang merah, bahwa keempatnya merupakan turunan langsung dari La Patau Matanna Tikka Raja Bone ke-16 . La Patau Matanna Tikka diketahui memiliki sembilan belas orang istri dan dari empat orang istri beliau anak-turunan mereka kawin-mawin satu sama lain. Ada pun nama-nama istri La Patau yang kemudian cucu-cucu meraka kawin-mawin dan menjadi satu generasi di keluarga To Takku dan menyebar di Kota Watampone, Kec. Tellu SiattingE, Kec. Dua BoccoE, Kec. Cenrana, Kec. Amali, Kec. Ajang Ale' dan di Kota Makassar serta di tanah Jawa, Sumatera, Maluku, Papua, Kalimantan, Malaysia, Singapore bahkan di Jerman dan A

TO UGI (BUGIS), TO RIAJA (TORAJA), TOLUU’ (LUWU) HINGGA TURUNAN TOMANURUNG

By La Oddang Tosessungriu Bahwa kata “To” adalah berarti “orang” bagi segenap suku di Sulawesi Selatan. Jauh diujung selatan, yakni Selayar hingga Tanjung Bira, Ara sampai Kajang, penutur bahasa “konjo” tatkala menyebut “To”, maka itu berarti “orang”. Terkhusus pada keyakinan kepercayaan “patuntung” di Kajang, bahkan menyebut Tuhan YME sebagai “To RiyE’ A’ra’na” (Orang Yang Memiliki Kehendak). Demikian pula di Jeneponto, menyebut orang dengan sebutan yang sedikit lebih “tipis”, sehingga menyebut kawasannya sebagai “TUratEa” (orang-orang yang bermukim di ketinggian). Perjalanan kemudian tiba di Gowa, yakni bekas kerajaan terbesar suku Makassar. Tiada beda dengan orang TuratEa, mereka menyebut “Tu” pula bagi masyarakat manusia, satu-satunya species mahluk Allah yang memiliki kemampuan mencipta peradaban di dunia fana ini. Demikian pula dengan seluruh kerajaan penutur Bahasa Bugis, EnrEkang, Duri, Pattinjo hingga Toraja, semuanya menyebut “To” bagi yang dimaksudkannya sebagai