konflik
dan peperangan yang terjadi di Tanah Palestina merupakan hal yang sudah terjadi
selama berabad-abad. Bukan hanya antara bangsa Arab melawan Yahudi, namun juga
antara kaum Yahudi melawan Yahudi lainnya, dan juga serbuan dari kerajaan
Babylonia dan juga Romawi.
Dr. Yusuf
Qaradhawy di dalam bukunya “Palestina,
Masalah Kita Bersama” (Alkautsar, 1998), dengan tegas menyatakan jika klaim
Yahudi atas hak historis Tanah Palestina merupakan satu klaim yang didasari
bertumpuk-tumpuk kedustaan besar. “Sejarah mencatat, yang pertama kali
membangun kota Al-Quds (Yerusalem) adalah suku bangsa Yabus, salah satu kabilah
Arab kuno yang meninggalkan semenanjung Jazirah Arab bersama suku Kan’an. Hal
tersebut terjadi sejak 30 abad sebelum masehi. Ketika itu Al-Quds bernama
‘Urussyaleem’ atau ‘Kota Syaliim’, Tuhan bangsa Yabus. Sebagaimana namanya yang
pertama, dipakai juga kata ‘Yabus’ yang dinisbatkan kepada nama kabilah.
Penyebutan nama itu terdapat di dalam Taurat,” demikian Dr. Yusuf Qaradhawy.
“Setelah itu
bangsa Kan’an dan yang lainnya mulai mendiami Al-Quds dan Palestina secara umum
selama berabad-abad, sampai kedatangan Ibrahim a.s. yang hijrah dari tanah
airnya Iraq, sebagai orang asing. Ibrahim memasuki Palestina bersama isterinya,
Sarah, pada usia 75 tahun sebagaimana yang disebutkan dalam pasal-pasal
Perjanjian Lama. Ketika ia mencapai usia 100 tahun, lahirlah Ishaq (Kejadian:
12). Ibrahim a.s. wafat pada usianya yang ke-175 tahun dan tidak pernah
memiliki Tanah Palestina walau hanya sejengkal. Sehingga saat isterinya, Sarah,
meninggal, dia harus meminta kepada bangsa Palestina tempat untuk
menguburkannya.” (Kejadian: 23)
“Ketika Ishaq
berusia 60 tahun, lahirlah Ya’qub. Ishaq meninggal di usia 180 tahun dan tidak
memiliki sejengkal pun Tanah Palestina. Setelah kematian ayahnya, Ya’qub pindah
ke Mesir dan wafat di sana di usia yang ke 147 tahun. Ia berusia 130 tahun
ketika memasuki Mesir dan anak cucunya ketika itu berjumlah 70 jiwa (Kejadian:
46). Ini berarti masa di mana Ibrahim, Ishaq puteranya dan Ya’qub cucunya hidup
di Palestina adalah 230 tahun. Mereka di sana sebagai orang asing, pendatang,
yang tidak memiliki sejengkal pun Tanah Palestina,” tegas Dr. Qaradhawy.
Taurat
menyebutkan bahwa masa di mana Bani Israil hidup di Mesir hingga keluar oleh
Musa a.s. adalah 430 tahun. Mereka juga orang asing yang tidak memiliki
apa-apa. Disebutkan juga dalam Taurat bahwa masa di mana Musa a.s. dan Bani
Israil hidup di padang Sinai adalah 40 tahun. Artinya janji Tuhan untuk mereka
sudah lewat ketika itu selama 700 tahun dan mereka tidak memiliki apa-apa di
Palestina. Maka kenapa Tuhan tidak memenuhi janjinya terhadap mereka?
Musa meninggal
dan tidak pernah memiliki tanah sedikit pun di Palestina. Ia hanya memasuki
wilayah Selatan Yordan dan meninggal di sana. Sepeninggalnya, yang memasuki
Palestina adalah Joshua dan meninggal setelah membantai penduduk aslinya.
Kemudian Tanah Palestina dibagi-bagikan kepada anak cucu Bani Israel dan mereka
idak pernah memiliki raja maupun kerajaan kecuali para hakim yang memerintah
selama 200 tahun. Setelah era hakim datanglah masa raja-raja: Saul, Daud, dan
Sulaiman. Mereka memerinah selama 100 tahun bahkan kurang. Inilah periode
berdirinya kerajaan dan masa kejayaan mereka. Setelah Sulaiman kerajaannya
dibagi-bagi antara anak-anaknya: Yahudza di ‘Urussyaliim dan Israel di Syakeem
(Nablus). Peperangan antara mereka berdua sangat dahsyat dan tiada henti,
hingga datangnya tentara Babylonia di bawah pimpinan Nebukadnezar yang
menghancurkan mereka berdua, menghancurkan Haikal Sulaiman dan ‘Urussyaliim,
membakar Taurat, dan menawan tiap orang yang masih hidup.
Qaradhawy
mengutip Syaikh Abdul Mu’iz Abdus Sattar yang memberikan komentar dalam bukunya
‘Telah Tiba Janji Kebenaran, wahai Yahudi’ dengan mengatakan, “Andai
dijumlahkan seluruh tahun di mana Bani Israel hidup berperang dan menghancurkan
di Palestina, tidak akan bisa menyamai masa yang dilalui Inggris di India, atau
pun Belanda di Indonesia. Maka jika masa seperti itu memliki hak sejarah, sudah
pasti Inggris dan Belanda akan menuntut hal serupa, seperti Israel!”
Seandainya
kepemilikan tanah bisa disebabkan lamanya waktu tinggal di pengasingan, maka
lebih tepat bagi mereka untuk menuntut kepemilkan atas Mesir yang mereka diami
selama 430 tahun sebagai pengganti Palestina yang didiami Ibrahim dan
anak-anaknya selama 200 tahun atau lebih sedikit dan mulanya hanya dua orang
yang memasuki tanah Palestina dan ditinggalkan oleh 70 orang!
Inilah bukti
kebohongan klaim kaum Yahudi atas Tanah Palestina. Bahkan sejarawan Barat
bernama Joseph Reinach di dalam jurnal ilmiah Perancis “Journal des Debats”
(1919) mengatakan jika sebenarnya tidak ada yang namanya etnis atau ras
Yahudi.
“Bangsa Yahudi
ketika masa awal di Filistine tidak mengacu pada etnis namun religiusitas.
Etnis Yahudi tidak ada yang murni karena berasal dari suku bangsa yang berbeda
pada awalnya, yakni dari orang-orang Romawi, Yunani, Semit (Aran dan Suriah),
Mesir, serta Kanaan sendiri. …Karena sebenarnya memang tidak ada apa yang
dinamakan suku bangsa Yahudi, atau pun juga Negara Yahudi tersebut, tetapi
sesungguhnya yang ada itu hanyalah agama Yahudi, maka zionisme itu sebenarnya
adalah buah pikiran yang tolol dan tidak berguna karena mengandung kesalahan
rangkap tiga: historis, arkeologis, dan etnis,” tandas Reinach.
Setelah hancur
oleh serbuan tentara Babylonia di bawah Raja Nebukadnezar, Palestina kembali
diserbu oleh tentara Romawi yan dipimpin Kaisar Titus pada tahun 70 M. Inilah
kali kedua Haikal Sulaiman dihancurkan. Dan penguasa Romawi ini melarang orang
Yahudi menginjakkan kakinya di Palestina. Menyebarlah kaum Yahudi ke selruh
bumi (Diaspora). Hal ini disebabkan orang-orang Romawi mengetahui jika watak
dan karakter asli kaum Yahudi adalah selalu merusak, berkhianat, dan sebab itu
sama sekali tidak bisa dipercaya.
Ketika Uskup
Copernicus, Uskup kota Al-Quds, hendak menyerahkan kunci kota kepada Amirul
Mukminin Khalif Umar bin Khattab saat futuh Yerusalem, Uskup tersebut meminta
satu syarat kepada Umar agar tidak pernah mengizinkan kaum Yahudi memasuki
Aelia. Aelia merupakan nama lain Yerusalem. Bangsa Arab memasuki Al-Quds dalam
keadaan tidak ada bangsa Yahudi di dalamnya yang telah diusir bangsa Romawi
berabad silam. Tinggallah bangsa Arab di Palestina selama lebih dari 1400
tahun. Ini jauh lebih lama ketimbang saat bangsa Yahudi berdiam di Palestina
yang hanya selama 200 tahunan. Fakta sejarah ini menunjukkan bahwa klaim
historis terhadap Tanah Palestina adalah suatu kepalsuan yang besar. Israel
sama sekali tidak memiliki hak apa pun atas Tanah Palestina. Dan keberadaan
negara Israel di atas Tanah Palestina merupakan ilegal. Sebab itu, eksistensi
negara Israel yang berdiri di atas tanah milik kaum Muslimin tersebut harus
dihapuskan dari muka bumi. Tanah Palestina merupakan milik bangsa Palestina.
Tidak yang lain. Wallahu’alam bishawab....
Sejarah Konflik Palestina – Israel dari Masa ke Masa
Sejarah Konflik Palestina – Israel dari Masa ke Masa
Pada tanggal 1 Januari 2009 ini serangan rezim zionis Israel ke
Gaza atas bangsa Palestina sudah berlangsung 5 hari (27 Desember 2008). Ratusan
orang sipil Palestina tewas menggenaskan, sedangkan ratusan lainnya luka-luka.
Kutukan atas serangan tersebut berdatangan dari berbagai negara, namun
sayangnya Amerika Serikat ternyata mem-veto resolusi PBB atas serangan Israel
ke Gaza tersebut
Konflik Palestina – Israel menurut sejarah sudah 31 tahun ketika
pada tahun 1967 Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil merebut
Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan
Yerussalem (Yordania).. Sampai sekarang perdamaian sepertinya jauh dari
harapan. Ditambah lagi terjadi ketidaksepakatan tentang masa depan Palestina
dan hubungannya dengan Israel di antara faksi-faksi di Palestina sendiri.
Tulisan ini dimaksudkan sebagai pengingat sekaligus upaya membuka pemahaman
kita mengenai latar belakang sejarah sebab terjadinya konflik ini.
2000 SM – 1500 SM
Istri Nabi Ibrahim A.s., Siti Hajar mempunyai anak Nabi Ismail
A.s. (bapaknya bangsa Arab) dan Siti Sarah mempunyai anak Nabi Ishak A.s. yang
kemudian mempunyai anak Nabi Ya’qub A.s. alias Israel (Israil, Qur’an). Anak
keturunannya disebut Bani Israel sebanyak 7 (tujuh) orang. Salah satunya
bernama Nabi Yusuf A.s. yang ketika kecil dibuang oleh saudara-saudaranya yang
dengki kepadanya. Nasibnya yang baik membawanya ke tanah Mesir dan kemudian dia
menjadi bendahara kerajaan Mesir. Ketika masa paceklik, Nabi Ya’qub A.s.
beserta saudara-saudara Yusuf bermigrasi ke Mesir. Populasi anak keturunan
Israel (Nabi Ya’qub A.s.) membesar.
1550 SM – 1200 SM
Politik di Mesir berubah. Bangsa Israel dianggap sebagai masalah
bagi negara Mesir. Banyak dari bangsa Israel yang lebih pintar dari orang asli
Mesir dan menguasai perekonomian. Oleh pemerintah Firaun bangsa Israel
diturunkan statusnya menjadi budak.
1200 SM – 1100 SM
Nabi Musa A.s. memimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir,
mengembara di gurun Sinai menuju tanah yang dijanjikan, asalkan mereka taat
kepada Allah Swt – dikenal dengan cerita Nabi Musa A.s. membelah laut ketika
bersama dengan bangsa Israel dikejar-kejar oleh tentara Mesir menyeberangi Laut
Merah. Namun saat mereka diperintah untuk memasuki tanah Filistin (Palestina),
mereka membandel dan berkata: “Hai, Musa, kami sekali-kali tidak akan
memasukinya selama-lamanya, selagi ada orang yang gagah perkasa di dalamnya,
karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu (Tuhanmu), dan berperanglah kamu
berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (QS 5:24)
Akibatnya mereka dikutuk oleh Allah Swt dan hanya berputar-putar
saja di sekitar Palestina. Belakangan agama yang dibawa Nabi Musa A.s. disebut
Yahudi – menurut salah satu marga dari bangsa Israel yang paling banyak
keturunannya, yakni Yehuda, dan akhirnya bangsa Israil – tanpa memandang warga
negara atau tanah airnya – disebut juga orang-orang Yahudi.
1000 SM – 922 SM
Nabi Daud A.s. (anak Nabi Musa A.s.) mengalahkan Goliath (Jalut,
Qur’an) dari Filistin. Palestina berhasil direbut dan Daud dijadikan raja. Wilayah
kerajaannya membentang dari tepi sungai Nil hingga sungai Efrat di Iraq.
Sekarang ini Yahudi tetap memimpikan kembali kebesaran Israel Raya seperti yang
dipimpin raja Daud. Bendera Israel adalah dua garis biru (sungai Nil dan
Eufrat) dan Bintang Daud. Kepemimpinan Daud A.s. diteruskan oleh anaknya Nabi
Sulaiman A.s. dan Masjidil Aqsa pun dibangun.
922 SM – 800 SM
Sepeninggal Sulaiman A.s., Israel dilanda perang saudara yang
berlarut-larut, hingga akhirnya kerajaan itu terbelah menjadi dua, yakni bagian
Utara bernama Israel beribukota Samaria dan Selatan bernama Yehuda beribukota
Yerusalem.
800 SM – 600 SM
Karena kerajaan Israel sudah terlalu durhaka kepada Allah Swt
maka kerajaan tersebut dihancurkan oleh Allah Swt melalui penyerangan kerajaan
Asyiria.
“Sesungguhnya Kami telah mengambil kembali perjanjian dari Bani
Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang
seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini hawa nafsu
mereka, maka sebagian rasul-rasul itu mereka dustakan atau mereka bunuh.” (QS
5:70)
Hal ini juga bisa dibaca di Injil (Bible) pada Kitab Raja-raja
ke-1 14:15 dan Kitab Raja-raja ke-2 17:18.
600 SM – 500 SM
Kerajaan Yehuda dihancurkan lewat tangan Nebukadnezar dari
Babylonia. Dalam Injil Kitab Raja-raja ke-2 23:27 dinyatakan bahwa mereka tidak
mempunyai hak lagi atas Yerusalem. Mereka diusir dari Yerusalem dan dipenjara
di Babylonia.
500 SM – 400 SM
Cyrus Persia meruntuhkan Babylonia dan mengijinkan bangsa Israel
kembali ke Yerusalem.
330 SM – 322 SM
Israel diduduki Alexander Agung dari Macedonia (Yunani). Ia
melakukan hellenisasi terhadap bangsa-bangsa taklukannya. Bahasa Yunani menjadi
bahasa resmi Israel, sehingga nantinya Injil pun ditulis dalam bahasa Yunani
dan bukan dalam bahasa Ibrani.
300 SM – 190 SM
Yunani dikalahkan Romawi. Maka Palestina pun dikuasai imperium
Romawi.
1 – 100 M
Nabi Isa A.s. / Yesus lahir, kemudian menjadi pemimpin gerakan
melawan penguasa Romawi. Namun selain dianggap subversi oleh penguasa Romawi
(dengan ancaman hukuman tertinggi yakni dihukum mati di kayu salib), ajaran
Yesus sendiri ditolak oleh para Rabbi Yahudi. Namun setelah Isa tiada, bangsa
Yahudi memberontak terhadap Romawi.
100 – 300 M
Pemberontakan berulang. Akibatnya Palestina dihancurkan dan dijadikan
area bebas Yahudi. Mereka dideportasi keluar Palestina dan terdiaspora ke
segala penjuru imperium Romawi. Namun demikian tetap ada sejumlah kecil pemeluk
Yahudi yang tetap bertahan di Palestina. Dengan masuknya Islam kemudian, serta
dipakainya bahasa Arab di dalam kehidupan sehari-hari, mereka lambat laun
terarabisasi atau bahkan masuk Islam.
313 M
Pusat kerajaan Romawi dipindah ke Konstantinopel dan agama
Kristen dijadikan agama negara.
500 – 600 M
Nabi Muhammad Saw lahir di tahun 571 M. Bangsa Yahudi merembes
ke semenanjung Arabia (di antaranya di Khaibar dan sekitar Madinah), kemudian
berimigrasi dalam jumlah besar ke daerah tersebut ketika terjadi perang antara
Romawi dengan Persia.
621 M
Nabi Muhammad Saw melakukan perjalanan ruhani Isra’ dari
masjidil Haram di Makkah ke masjidil Aqsa di Palestina dilanjutkan perjalana
Mi’raj ke Sidrathul Muntaha (langit lapis ke-7). Rasulullah menetapkan
Yerusalem sebagai kota suci ke-3 ummat Islam, dimana sholat di masjidil Aqsa
dinilai 500 kali dibanding sholat di masjid lain selain masjidil Haram di
Makkah dan masjid Nabawi di Madinah. Masjidil Aqsa juga menjadi kiblat umat
Islam sebelum dipindah arahnya ke Ka’bah di masjidil Haram, Makkah.
622 M
Hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah dan pendirian negara Islam –
yang selanjutnya disebut khilafah. Nabi mengadakan perjanjian dengan bangsa
Yahudi yang menjadi penduduk Madinah dan sekitarnya, yang dikenal dengan
“Piagam Madinah”.
626 M
Pengkhianatan Yahudi dalam perang Ahzab (perang parit) dan
berarti melanggar Perjanjian Madinah. Sesuai dengan aturan di dalam kitab
Taurat mereka sendiri, mereka harus menerima hukuman dibunuh atau diusir.
638 M
Di bawah pemerintahan Khalifah Umar Ibnu Khattab ra. Seluruh
Palestina dimerdekakan dari penjajah Romawi. Seterusnya seluruh penduduk
Palestina, Muslim maupun Non Muslim, hidup aman di bawah pemerintahan khilafah.
Kebebasan beragama dijamin sepenuhnya.
700 – 1000 M
Wilayah Islam meluas dari Asia Tengah, Afrika hingga Spanyol. Di
dalamnya, bangsa Yahudi mendapat peluang ekonomi dan intelektual yang sama. Ada
beberapa ilmuwan terkenal di dunia Islam yang sesungguhnya adalah orang Yahudi.
1076 M
Yerusalem dikepung oleh tentara salib dari Eropa. Karena
pengkhianatan kaum munafik (sekte Drusiah yang mengaku Islam tetapi ajarannya
sesat), pada tahun 1099 M tentara salib berhasil menguasai Yerusalem dan
mengangkat seorang raja Kristen. Penjajahan ini berlangsung hingga 1187 M
sampai Salahuddin Al-Ayyubi membebaskannya dan setelah itu ummat Islam yang
terlena sufisme yang sesat bisa dibangkitkan kembali.
1453 M
Setelah melalui proses reunifikasi dan revitalisasi
wilayah-wilayah khilafah yang tercerai berai setelah hancurnya Baghdad oleh
tentara Mongol (1258 M), khilafah Utsmaniah dibawah Muhammad Fatih menaklukan
Konstatinopel, dan mewujudkan nubuwwah Rasulullah.
1492 M
Andalusia sepenuhnya jatuh ke tangan Kristen Spanyol
(reconquista). Karena cemas suatu saat umat Islam bisa bangkit lagi, maka
terjadi pembunuhan, pengusiran dan pengkristenan massal. Hal ini tidak cuma
diarahkan pada Muslim namun juga pada Yahudi. Mereka lari ke wilayah khilafah
Utsmaniyah, diantaranya ke Bosnia. Pada 1992 Raja Juan Carlos dari Spanyol
secara resmi meminta maaf kepada pemerintah Israel atas holocaust (pemusnahan
etnis) 500 tahun sebelumnya. (Tapi tidak permintaan maaf kepada umat Islam).
1500 – 1700 M
Kebangkitan pemikiran di Eropa, munculnya sekularisme (pemisahan
agama / gereja dengan negara), nasionalisme dan kapitalisme. Mulainya kemajuan
teknologi moderen di Eropa. Abad penjelajahan samudera dimulai. Mereka mencari
jalur perdagangan alternatif ke India dan Cina, tanpa melalui daerah-daerah
Islam. Tapi akhirnya mereka didorong oleh semangat kolonialisme dan
imperialisme, yakni Gold, Glory dan Gospel. Gold berarti mencari kekayaan di
tanah jajahan, Glory artinya mencari kemasyuran di atas bangsa lain dan Gospel
(Injil) artinya menyebarkan agama Kristen ke penjuru dunia.
1529 M
Tentara khilafah berusaha menghentikan arus
kolonialisme/imperialisme serta membalas reconquista langsung ke jantung Eropa
dengan mengepung Wina, namun gagal. Tahun 1683 M kepungan diulang, dan gagal
lagi. Kegagalan ini terutama karena tentara Islam terlalu yakin pada jumlah dan
perlengkapannya.
“… yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu,
maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi
yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dan
bercerai-berai.” (QS 9:25).
1798 M
Napoleon berpendapat bahwa bangsa Yahudi bisa diperalat bagi
tujuan-tujuan Perancis di Timur Tengah. Wilayah itu secara resmi masih di bawah
Khilafah.
1831 M
Untuk mendukung strategi “devide et impera” Perancis mendukung
gerakan nasionalisme Arab, yakni Muhammad Ali di Mesir dan Pasya Basyir di
Libanon. Khilafah mulai lemah dirongrong oleh semangat nasionalisme yang
menular begitu cepat di tanah Arab.
1835 M
Sekelompok Yahudi membeli tanah di Palestina, dan lalu
mendirikan sekolah Yahudi pertama di sana. Sponsornya adalah milyuder Yahudi di
Inggris, Sir Moshe Monteveury, anggota Free Masonry. Ini adalah pertama kalinya
sekolah berkurikulum asing di wilayah Khilafah.
1838 M
Inggris membuka konsulat di Yerusalem yang merupakan perwakilan
Eropa pertama di Palestina.
1849 M
Kampanye mendorong imigrasi orang Yahudi ke Palestina. Pada masa
itu jumlah Yahudi di Palestina baru sekitar 12.000 orang. Pada tahun 1948
jumlahnya menjadi 716.700 dan pada tahun 1964 sudah hampir 3 juta orang.
1882 M
Imigrasi besar-besaran orang Yahudi ke Palestina yang
berselubung agama, simpati dan kemanusiaan bagi penderitaan Yahudi di Eropa
saat itu.
1891 M
Para penduduk Palestina mengirim petisi ke Khalifah, menuntut
dilarangnya imigrasi besar-besaran ras Yahudi ke Palestina. Sayang saat itu
khilafah sudah “sakit-sakitan” (dijuluki “the sick man at Bosporus). Dekadensi
pemikiran meluas, walau Sultan Abdul Hamid sempat membuat terobosan dengan
memodernisir infrastruktur, termasuk memasang jalur kereta api dari Damaskus ke
Madinah via Palestina! Sayang, sebelum selesai, Sultan Abdul Hamid dipecat oleh
Syaikhul Islam (Hakim Agung) yang telah dipegaruhi oleh Inggris. Perang Dunia I
meletus, dan jalur kereta tersebut dihancurkan.
1897 M
Theodore Herzl menggelar kongres Zionis sedunia di Basel Swiss.
Peserta Kongres I Zionis mengeluarkan resolusi, bahwa umat Yahudi tidaklah
sekedar umat beragama, namun adalah bangsa dengan tekad bulat untuk hidup
secara berbangsa dan bernegara. Dalam resolusi itu, kaum zionis menuntut tanah
air bagi umat Yahudi – walaupun secara rahasia – pada “tanah yang bersejarah
bagi mereka”. Sebelumnya Inggris hampir menjanjikan tanah protektorat Uganda
atau di Amerika Latin ! Di kongres itu, Herzl menyebut, Zionisme adalah jawaban
bagi “diskriminasi dan penindasan” atas umat Yahudi yang telah berlangsung
ratusan tahun. Pergerakan ini mengenang kembali bahwa nasib umat Yahudi hanya
bisa diselesaikan di tangan umat Yahudi sendiri. Di depan kongres, Herzl
berkata, “Dalam 50 tahun akan ada negara Yahudi !” Apa yang direncanakan Herzl
menjadi kenyataan pada tahun 1948.
1916 M
Perjanjian rahasia Sykes – Picot oleh sekutu (Inggris, Perancis,
Rusia) dibuat saat meletusnya Perang Dunia (PD) I, untuk mencengkeram
wilayah-wilayah Arab dan Khalifah Utsmaniyah dan membagi-bagi di antara mereka.
PD I berakhir dengan kemenangan sekutu, Inggris mendapat kontrol atas
Palestina. Di PD I ini, Yahudi Jerman berkomplot dengan Sekutu untuk tujuan
mereka sendiri (memiliki pengaruh atau kekuasaan yang lebih besar).
1917 M
Menlu Inggris keturunan Yahudi, Arthur James Balfour, dalam
deklarasi Balfour memberitahu pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild, bahwa
Inggris akan memperkokoh pemukiman Yahudi di Palestina dalam membantu
pembentukan tanah air Yahudi. Lima tahun kemudian Liga Bangsa-bangsa (cikal
bakal PBB) memberi mandat kepada Inggris untuk menguasai Palestina.
1938 M
Nazi Jerman menganggap bahwa pengkhianatan Yahudi Jerman adalah
biang keladi kekalahan mereka pada PD I yang telah menghancurkan ekonomi
Jerman. Maka mereka perlu “penyelesaian terakhir” (endivsung). Ratusan ribu
keturunan Yahudi dikirim ke kamp konsentrasi atau lari ke luar negeri (terutama
ke AS). Sebenarnya ada etnis lain serta kaum intelektual yang berbeda politik
dengan Nazi yang bernasib sama, namun setelah PD II Yahudi lebih berhasil
menjual ceritanya karena menguasai banyak surat kabar atau kantor-kantor berita
di dunia.
1944 M
Partai buruh Inggris yang sedang berkuasa secara terbuka
memaparkan politik “membiarkan orang-orang Yahudi terus masuk ke Palestina,
jika mereka ingin jadi mayoritas. Masuknya mereka akan mendorong keluarnya
pribumi Arab dari sana.” Kondisi Palestina pun memanas.
1947 M
PBB merekomendasikan pemecahan Palestina menjadi dua negara:
Arab dan Israel.
1948, 14 Mei
Sehari sebelum habisnya perwalian Inggris di Palestina, para
pemukim Yahudi memproklamirkan kemerdekaan negara Israel. Mereka melakukan
agresi bersenjata terhadap rakyat Palestina yang masih lemah, hingga jutaan
dari mereka terpaksa mengungsi ke Libanon, Yordania, Syria, Mesir dan
lain-lain. Palestina Refugees menjadi tema dunia. Namun mereka menolak
eksistensi Palestina dan menganggap mereka telah memajukan areal yang semula
kosong dan terbelakang. Timbullah perang antara Israel dan negara-negara Arab
tetangganya. Namun karena para pemimpin Arab sebenarnya ada di bawah pengaruh
Inggris – lihat Imperialisme Perancis dan Inggris di tanah Arab sejak tahun
1798 – maka Israel mudah merebut daerah Arab Palestina yang telah ditetapkan
PBB.
1948, 2 Desember
Protes keras Liga Arab atas tindakan AS dan sekutunya berupa
dorongan dan fasilitas yang mereka berikan bagi imigrasi zionis ke Palestina.
Pada waktu itu, Ikhwanul Muslimin (IM) di bawah Hasan Al-Banna mengirim 10.000
mujahidin untuk berjihad melawan Israel. Usaha ini kandas bukan karena mereka
dikalahkan Israel, namun karena Raja Farouk yang korup dari Mesir takut bahwa
di dalam negeri IM bisa melakukan kudeta, akibatnya tokoh-tokoh IM dipenjara
atau dihukum mati.
1956, 29 Oktober
Israel dibantu Inggris dan Perancis menyerang Sinai untuk
menguasai terusan Suez. Pada kurun waktu ini, militer di Yordania menawarkan
baiat ke Hizbut Tahrir (salah satu harakah Islam) untuk mendirikan kembali
Khilafah. Namun Hizbut Tahrir menolak, karena melihat rakyat belum siap.
1964 M
Para pemimpin Arab membentuk PLO (Palestine Liberation
Organization). Dengan ini secara resmi, nasib Palestina diserahkan ke pundak
bangsa Arab-Palestina sendiri, dan tidak lagi urusan umat Islam. Masalah
Palestina direduksi menjadi persoalan nasional bangsa Palestina.
1967 M
Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria selama 6 hari dengan
dalih pencegahan, Israel berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran
tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania). Israel dengan mudah
menghancurkan angkatan udara musuhnya karena dibantu informasi dari CIA
(Central Intelligence Agency = Badan Intelijen Pusat milik USA). Sementara itu
angkatan udara Mesir ragu membalas serangan Israel, karena Menteri Pertahanan
Mesir ikut terbang dan memerintahkan untuk tidak melakukan tembakan selama dia
ada di udara.
1967, Nopember
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi Nomor 242, untuk
perintah penarikan mundur Israel dari wilayah yang direbutnya dalam perang 6
hari, pengakuan semua negara di kawasan itu, dan penyelesaian secara adil
masalah pengungsi Palestina.
1969 M
Yasser Arafat dari faksi Al-Fatah terpilih sebagai ketua Komite
Eksekutif PLO dengan markas di Yordania.
1970 M
Berbagai pembajakan pesawat sebagai publikasi perjuangan rakyat
Palestina membuat PLO dikecam oleh opini dunia, dan Yordania pun dikucilkan.
Karena ekonomi Yordania sangat tergantung dari AS, maka akhirnya Raja Husein
mengusir markas PLO dari Yordania. Dan akhirnya PLO pindah ke Libanon.
1973, 6 Oktober
Mesir dan Syria menyerang pasukan Israel di Sinai dan dataran
tinggi Golan pada hari puasanya Yahudi Yom Kippur. Pertempuran ini dikenal
dengan Perang Oktober. Mesir dan Syria hampir menang, kalau Israel tidak
tiba-tiba dibantu oleh AS. Presiden Mesir Anwar Sadat terpaksa berkompromi,
karena dia cuma siap untuk melawan Israel, namun tidak siap berhadapan dengan
AS. Arab membalas kekalahan itu dengan menutup keran minyak. Akibatnya harga
minyak melonjak pesat.
1973, 22 Oktober
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi Nomor 338, untuk
gencatan senjata, pelaksanaan resolusi Nomor 242 dan perundingan damai di Timur
Tengah.
1977 M
Pertimbangan ekonomi (perang telah memboroskan kas negara)
membuat Anwar Sadat pergi ke Israel tanpa konsultasi dengan Liga Arab. Ia
menawarkan perdamaian, jika Israel mengembalikan seluruh Sinai. Negara-negara
Arab merasa dikhianati. Karena langkah politiknya ini, belakangan Anwar Sadat
dibunuh pada tahun 1982.
1978, September
Mesir dan Israel menandatangani perjanjian Camp David yang
diprakarsai AS. Perjanjian itu menjanjikan otonomi terbatas kepada rakyat
Palestina di wilayah-wilayah pendudukan Israel. Sadat dan PM Israel Menachem
Begin dianugerahi Nobel Perdamaian 1979. namun Israel tetap menolak perundingan
dengan PLO dan PLO menolak otonomi. Belakangan, otonomi versi Camp David ini
tidak pernah diwujudkan, demikian juga otonomi versi lainnya. Dan AS sebagai
pemrakarsanya juga tidak merasa wajib memberi sanksi, bahkan selalu memveto
resolusi PBB yang tidak menguntungkan pihak Israel.
1980 M
Israel secara sepihak menyatakan bahwa mulai musim panas 1980
kota Yerussalem yang didudukinya itu resmi sebagai ibukota.
1982 M
Israel menyerang Libanon dan membantai ratusan pengungsi Palestina
di Sabra dan Shatila. Pelanggaran terhadap batas-batas internasional ini tidak
berhasil dibawa ke forum PBB karena – lagi-lagi – veto dari AS. Belakangan
Israel juga dengan enaknya melakukan serangkaian pemboman atas instalasi
militer dan sipil di Iraq, Libya dan Tunis.
1987 M
Intifadhah, perlawanan dengan batu oleh orang-orang Palestina
yang tinggal di daerah pendudukan terhadap tentara Israel mulai meledak.
Intifadhah ini diprakarsai oleh HAMAS, suatu harakah Islam yang memulai
aktivitasnya dengan pendidikan dan sosial.
1988, 15 Nopember
Diumumkan berdirinya negara Palestina di Aljiria, ibu kota
Aljazair. Dengan bentuk negara Republik Parlementer. Ditetapkan bahwa
Yerussalem Timur sebagai ibukota negara dengan Presiden pertamanya adalah
Yasser Arafat.
Setelah Yasser Arafat mangkat kursi presiden diduduki oleh
Mahmud Abbas. Dewan Nasional Palestina, yang identik dengan Parlemen Palestina
beranggotakan 500 orang.
1988, Desember
AS membenarkan pembukaan dialog dengan PLO setelah Arafat secara
tidak langsung mengakui eksistensi Israel dengan menuntut realisasi resolusi
PBB Nomor 242 pada waktu memproklamirkan Republik Palestina di pengasingan di
Tunis.
1991, Maret
Yasser Arafat menikahi Suha, seorang wanita Kristen.
Sebelumnya Arafat selalu mengatakan “menikah dengan revolusi Palestina”.
1993, September
PLO – Israel saling mengakui eksistensi masing-masing dan
Israel berjanji memberikan hak otonomi kepada PLO di daerah pendudukan. Motto
Israel adalah “land for peace” (tanah untuk perdamaian). Pengakuan itu dikecam
keras oleh pihak ultra-kanan Israel maupun kelompok di Palestina yang tidak
setuju. Namun negara-negara Arab (Saudi Arabia, Mesir, Emirat dan Yordania)
menyambut baik perjanjian itu. Mufti Mesir dan Saudi mengeluarkan “fatwa” untuk
mendukung perdamaian.
Setelah kekuasaan di daerah pendudukan dialihkan ke PLO,
maka sesuai perjanjian dengan Israel, PLO harus mengatasi segala aksi-aksi anti
Israel. Dengan ini maka sebenarnya PLO dijadikan perpanjangan tangan Yahudi.
Yasser Arafat, Yitzak Rabin dan Shimon Peres mendapat
Nobel Perdamaian atas usahanya tersebut.
1995 M
Rabin dibunuh oleh Yigar Amir, seorang Yahudi fanatik.
Sebelumnya, di Hebron, seorang Yahudi fanatik membantai puluhan Muslim yang
sedang shalat subuh. Hampir tiap orang dewasa di Israel, laki-laki maupun
wanita, pernah mendapat latihan dan melakukan wajib militer. Gerakan Palestina
yang menuntut kemerdekaan total menteror ke tengah masyarakat Israel dengan bom
“bunuh diri”. Targetnya, menggagalkan usaha perdamaian yang tidak adil itu.
Sebenarnya “land for peace” diartikan Israel sebagai “Israel dapat tanah, dan
Arab Palestina tidak diganggu (bisa hidup damai).”
1996 M
Pemilu di Israel dimenangkan secara tipis oleh Netanyahu dari
partai kanan, yang berarti kemenangan Yahudi yang anti perdamaian. Netanyahu
mengulur-ulur waktu pelaksanaan perjanjian perdamaian. Ia menolak adanya negara
Palestina, agar Palestina tetap sekedar daerah otonom di dalam Israel. Ia
bahkan ingin menunggu/menciptakan kontelasi baru (pemukiman Yahudi di daerah
pendudukan, bila perlu perluasan hingga ke Syria dan Yordania) untuk sama
sekali membuat perjanjian baru.
AS tidak senang bahwa Israel jalan sendiri di luar garis
yang ditetapkannya. Namun karena lobby Yahudi di AS terlalu kuat, maka Bill
Clinton harus memakai agen-agennya di negara-negara Arab untuk “mengingatkan”
si “anak emasnya” ini. Maka sikap negara-negara Arab tiba-tiba kembali memusuhi
Israel. Mufti Mesir malah kini memfatwakan jihad terhadap Israel. Sementara itu
Uni Eropa (terutama Inggris dan Perancis) juga mencoba “aktif” menjadi
penengah, yang sebenarnya juga hanya untuk kepentingan masing-masing dalam
rangka menanamkan pengaruhnya di wilayah itu. Mereka juga tidak rela kalau AS
“jalan sendiri” tanpa bicara dengan Eropa.
2002 - Sampai sekarang
Sebuah usul perdamaian saat ini adalah Peta menuju
perdamaian yang diajukan oleh Empat Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika
Serikat pada 17 September 2002. Israel juga telah menerima peta itu namun
dengan 14 "reservasi". Pada saat ini Israel sedang menerapkan sebuah
rencana pemisahan diri yang kontroversial yang diajukan oleh Perdana Menteri
Ariel Sharon. Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel menyatakan bahwa
ia akan menyingkirkan seluruh "kehadiran sipil dan militer yang
permanen" di Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di sana, dan 4
pemumikan di Tepi Barat), namun akan "mengawasi dan mengawal
kantong-kantong eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di
wilayah udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut
dari Jalur Gaza." Pemerintah Israel berpendapat bahwa "akibatnya,
tidak akan ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah wilayah
pendudukan," sementara yang lainnya berpendapat bahwa, apabila pemisahan
diri itu terjadi, akibat satu-satunya ialah bahwa Israel "akan diizinkan
untuk menyelesaikan tembok – artinya, Penghalang Tepi Barat Israel – dan
mempertahankan situasi di Tepi Barat seperti adanya sekarang ini"
Di hari kemenangan Partai Kadima pada pemilu tanggal 28 Maret
2006 di Israel, Ehud Olmert – yang kemudian diangkat sebagai Perdana Menteri
Israel menggantikan Ariel Sharon yang berhalangan tetap karena sakit –
berpidato. Dalam pidato kemenangan partainya, Olmert berjanji untuk menjadikan
Israel negara yang adil, kuat, damai, dan makmur, menghargai hak-hak kaum
minoritas, mementingkan pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan serta
terutama sekali berjuang untuk mencapai perdamaian yang kekal dan pasti dengan
bangsa Palestina. Olmert menyatakan bahwa sebagaimana Israel bersedia
berkompromi untuk perdamaian, ia mengharapkan bangsa Palestina pun harus
fleksibel dengan posisi mereka. Ia menyatakan bahwa bila Otoritas Palestina,
yang kini dipimpin Hamas, menolak mengakui Negara Israel, maka Israel
"akan menentukan nasibnya di tangannya sendiri" dan secara langsung
menyiratkan aksi sepihak. Masa depan pemerintahan koalisi ini sebagian besar
tergantung pada niat baik partai-partai lain untuk bekerja sama dengan perdana
menteri yang baru terpilih.
Sementara itu sebelum terjadinya serangan habis-habisan Israel
ke Gaza (27/12/2008), sudah terjadi serangan-serangan kecil di antara kedua
belah pihak di sekitar Jalur Gaza, disebabkan Israel menutup tempat-tempat
penyeberangan atau jalur komersial ke Gaza sehingga pasokan bahan bakar minyak
terhenti, yang memaksa satu-satunya pusat pembangkit listrik di Jalur Gaza
tutup.
Sebagai catatan akhir, Perdana Menteri Israel setelah Benjamin
Netanyahu berturut-turut adalah Ehud Barak, Ariel Sharon, dan yang masih
berkuasa di Israel dalam penyerangan di Gaza sekarang adalah Ehud Olmert.
Sedangkan 4 faksi utama di Palestina adalah PLO, Al-Fatah, Jihad Islam
Palestina (JIP), dan yang berkuasa sekarang di Palestina adalah Hamas dengan
Perdana Menterinya Ismail Haniya. Dan gambar peta (klik di sini) yang
menggambarkan hilangnya tanah Palestina yang dicaplok oleh Israel sejak tahun
1946 sampai dengan tahun 2000. Lihat posisi Gaza yang terjepit di daerah
kekuasaan Israel.
Komentar
Posting Komentar