By. La Oddang Tosessungriu …………………………………………………………… Lontara Attoriolong Luwu menyebut gender perempuan sebagai : “Awiseng” (Yang Berbusana AWI) dan gender laki-laki sebagai “Sawungeng” (Yang dipersiapkan untuk disabung). Bahwa “awi” adalah sejenis sarung yang telah dijahit sebagaimana sekarang ini, hal mana jika dikenakan oleh perempuan dengan cara melilitkan dipinggang lalu ujungnya diselipkan, itulah yang disebut “makkawi”. Berbeda halnya jika dikenakan oleh laki-laki, pinggiran atasnya dieratkan dipinggang lalu ujungnya itu digulung (dilinting), maka itu disebut “mappangerre’”. Kedudukan laki-laki dan wanita menurut pandangan Pangadereng Luwu adalah sama menurut kodratnya masing-masing. Olehnya itu, model pranata sosialnya dinyatakan secara tegas sebagai Bilineal ataupun Bilateral. Maka dalam Lontara Pangadereng Luwu (koleksi Istana Kedatuan Luwu) terdapat dua statement yang berkaitan dengan hal ini, sebagai berikut : 1. AmbE’ mappabbati, Indo’ mappattase’ (ayah yang mew
Kehidupan Di Masa Lalu Penuh Dengan Warna. Tidak Selamanya Hidup Seseorang Dipenuhi Kebahagiaan. Susah dan Senang Datang Silih Berganti Menghampiri Hidup Dengan Penuh Teka-Teki. Tergantung Bagaimana Cara Kita Memaknai Hidup. Menjalani Hidup Adalah Guru Yang Mengajarkan Kita Ilmu Secara Otodidak