Langsung ke konten utama

Galesong Beru

Bersama ketua Fraksi PKS DPRD kota makassar Bpk. Anwar Faruq  dan ibu² tokoh masyarakat kelurahan tabaringan kec. Ujung tanah

Secuil kisah ku di tabaringan(g) 

Dua minggu yg lalu kami hadir di kegiatan BPKK PKS kota makassar

Temanya erobik senam nusantara

Jujur sy paling tdk suka dgn erobik

Krn sy sulit mengikuti gerakan dr instruktur

Bukannya menikmati malah lelah dgn gerakan yg tdk pernah sinkron 😁

Tp lelah ku terobati dgn keseruan ibu² yg lucu dan sedikit genit dgn candaannya ditambah hidangan bubur yg disiapkan  oleh Panitia

Kampung tabaringang adalah tempat sy dilahirkan.

Banyak suka duka yg sy temui di kelurahan tsb. Dari perang antar kampung di thn 80an, tmn² bermain ku saat masih bocah yg skrg entah pd kemana, ribut² antar warga, keseruan pesta rakyat 17an, kebakaran, banjir, hiruk pikuk pedagang dan pembeli di pasar cidu', tukang mabok yg "rese" dan mendadak ramah saat sd sadar dr mabok dan masih banyak lagi. 

Tp di kampung tabaringang ada 2 titik RW (Rukun Warga) yg org sekitar menyebutnya kampung "Galesong Beru" pd hal wilayah itu masih bagian dr kampung tabaringang krn masuk wilayah kelurahan tabaringan. 

Org² yg sotoy mengisahkan klau galesong beru itu dulunya org² galesong takalar yg membuka perkampungan di lokasi itu 😁

Pd hal disebut kampung galesong beru krn di masa pak Patompo' menjabat Walikota warga dari kampung Galesong (disebut galesong Toa) di kel. Maloku kec. Ujung Pandang  yg tdk mampu membangun rumahnya jd permanen diminta pindah dan ditempatkan di kelurahan tabaringan (Tukar Guling). 

Sebagai proyek percontohan kota baru di kota Ujung Pandang kala itu. 

Nama tuan tanah yg lahannya dijadikan tukar guling adalah  KH. As'af yg org setempat menyebutnya Anre Gurutta Asape'

dr gelar "Anre Gurutta" yg warga setempat berikan sd kliatan klau dilingkungan tersebut penduduk nya mayoritas Bugis. 

leluhur mrk umum nya dr pangkep dan maros dan selebihnya dr Bone, soppeng, wajo dan sidrap. 

Gurutta Asape' jg lah pewakaf mesjid darussalam galesong beru dan madrasah DDI Galesong Baru. 

Itulah sebabnya hingga saat ini kelurahan Maloku dipenuhi dgn gedung² permanen seperti perhotelan, restoran, night club dan pertokoan. 

Mungkin banyak warga setempat baik yg tinggal di kel. Maloku dan kel. Tabaringan yg tdk tahu tentang sejarah Galesong di kota makassar 

dan menghubung²kan nama Galesong Beru di kelurahan tabaringan dgn Galesong di takalar 

saat itu kampung Galesong Toa terletak di sekitar jl. Somba Opu, jl. Maipa, jl. Datu museng, jl. La Maddukkelleng, pantai Losari dan sekitarnya

Kebetulan Saya tahu krn saya anak Galesong Beru yg mendengar kisahnya langsung dari sesepuh di kampung itu saat masih di bangku SD 😁

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKS PAKKIO' BUNTING (PANTUN MENJEMPUT PENGANTIN MAKASSAR)

Iya dende ‘Iya dende Nia tojemmi anne battu Bunting kutayang Salloa kuminasai Nampako ri ujung bori’ Ri appa Pakrasangangku Ku’rappo cini Kutimbarangngi pangngai Kuassennunju lania Nakuitungko labattu Ku’ragi memang Berasa ri mangko kebo’ Nasadia lebba batta Rappo ripala’ limangku Kunnanro memang Leko’ ri talang bulaeng Kuntu intang maccayanu Nibelo-belo jamarro, makilo-kilo Massingarri dallekannu Labbiri’ nuparamata Jamarro moncong bulonu Bulaeng ti’no Ansuloi paccini’nu Lekukapeangko anne Sumanga’nu mabellayya Ku kiyo’ tongi Tubunnu sallo lampayya Baji kualleko anne Bunga-bunga tamalatea Latei bunga Tamalate cinikannu Sakuntu’ sanrapangtongko Bulang simombo’ I Raya Nasussung pale Natinriang wari-wari Wari-wari kapappassang Pale’ mannuntungi bangngi, nisailenu Tamalajju cinikannu Nacini’ ma’mole-mole Ma’mole-mole nikio’ Daeng Ni pakalompo Nikanro ana’ karaeng Kupattannangngangko anne Tope talakka ri aya’ Malakka tope Tamalakka’ko I kau

TO UGI (BUGIS), TO RIAJA (TORAJA), TOLUU’ (LUWU) HINGGA TURUNAN TOMANURUNG

By La Oddang Tosessungriu Bahwa kata “To” adalah berarti “orang” bagi segenap suku di Sulawesi Selatan. Jauh diujung selatan, yakni Selayar hingga Tanjung Bira, Ara sampai Kajang, penutur bahasa “konjo” tatkala menyebut “To”, maka itu berarti “orang”. Terkhusus pada keyakinan kepercayaan “patuntung” di Kajang, bahkan menyebut Tuhan YME sebagai “To RiyE’ A’ra’na” (Orang Yang Memiliki Kehendak). Demikian pula di Jeneponto, menyebut orang dengan sebutan yang sedikit lebih “tipis”, sehingga menyebut kawasannya sebagai “TUratEa” (orang-orang yang bermukim di ketinggian). Perjalanan kemudian tiba di Gowa, yakni bekas kerajaan terbesar suku Makassar. Tiada beda dengan orang TuratEa, mereka menyebut “Tu” pula bagi masyarakat manusia, satu-satunya species mahluk Allah yang memiliki kemampuan mencipta peradaban di dunia fana ini. Demikian pula dengan seluruh kerajaan penutur Bahasa Bugis, EnrEkang, Duri, Pattinjo hingga Toraja, semuanya menyebut “To” bagi yang dimaksudkannya sebagai

Rumpun Keluarga To Takku

Rumpun keluarga To Takku  berdasarkan "Lontara' Akkarungeng Bone" dan "Lontara' Bilang Gowa"  merupakan simpul atau perpaduan silsilah dari keturunan  La Ali Petta Cambang Timurung,   La Ali Petta Tompo' Arung Galung Arung Manciri', We Saloge' Arung Cenrana Dan La Summi Pa'bicara Arungpone ri Takku. Dari rumpun tersebut ditemukan benang merah, bahwa keempatnya merupakan turunan langsung dari La Patau Matanna Tikka Raja Bone ke-16 . La Patau Matanna Tikka diketahui memiliki sembilan belas orang istri dan dari empat orang istri beliau anak-turunan mereka kawin-mawin satu sama lain. Ada pun nama-nama istri La Patau yang kemudian cucu-cucu meraka kawin-mawin dan menjadi satu generasi di keluarga To Takku dan menyebar di Kota Watampone, Kec. Tellu SiattingE, Kec. Dua BoccoE, Kec. Cenrana, Kec. Amali, Kec. Ajang Ale' dan di Kota Makassar serta di tanah Jawa, Sumatera, Maluku, Papua, Kalimantan, Malaysia, Singapore bahkan di Jerman dan A