Langsung ke konten utama

Gerakan Free Mason dan Invisible Hands Dunia



Nama gerakan rahasia zionis freemason untuk pertama kalinya dikukuhkan secara formal pada kongres freemason di London tahun 1717 yang diketuai Anderson. Sebagaimana cikal-bakal kelahirannya, yaitu The KnightTemplar dan sesuai dengan jenjang derajat anggota Iluminasi yang telah ada, di dalam kongres ini pun ditetapkan jenjang kepangkatan atau lebih tepatnya tingkatan anggotanya yang terdiri dari: a. Tingkat Blue Lodge b. Tingkat Kerajaan (Royal Arch Masonry) c. Tingkat Ksatria (The Masonic Knight Templar) a. Tingkat Blue Lodge Sebelum memasuki dan dilantik menjadi anggota pada tingkat Blue Lodge, para calon anggota yang disebut sebagai aspiran (pemberi aspirasi) harus mengenal dan menghayati terlebih dahulu seluruh makna dari simbol-simbol. Dan untuk menghilangkan kecurigaan, organisasi tingkat pertama ini terbuka untuk umum, termasuk non-Yahudi (goyim). Para aspiran tidak ikut campur dalam persoalan agama,sebagaimana organisasi sosial yang ada. Mereka pun bergerak dalam bidang yang bersifat universal atau umum, misalnya: pendidikan, sosial, kesatuan umat manusia, perdamaian di muka bumi, memberantas kemiskinan, dan kebodohan. Para aspiran yang lulus memasuki tingkat Blue Lodge adalah mereka yang telah dijamin memiliki kepatuhan dan disiplin tinggi, dan dibagi dalam tiga tingkat yaitu, sebagai berikut. (1) Tingkat Pemula (Entered Apprentice). (2) Tingkat Persaudaraan (Fellowcraft). (3) Tingkat Pimpinan (Master Mason) . Para anggota Blue Lodge dapat mencapai tingkatan lebih tinggi dengan cara melalui dua jalur, yaitu The Scotish Rite dan The York Rite. Dalam fase ini, para anggota akan mendapatkan indoktrinasi serta penghayatan mendalam terhadap sejarah The Knight Templar.

Di samping itu, mereka harus menunjukkan keinginannya yang kuat serta mempunyai ikatan emosional terhadap organisasi. Setiap anggota dalam freemason ditandai pula dengan berbagai simbol angka tingkatan. Mulai dari tingkat empat, tujuh, delapan belas sampai tingkat di atas tiga puluhan. Setiap kenaikan tingkat diberikan upacara ritual tersendiri. Mereka akan dibaptis oleh saudaranya pada tingkatan yang lebih tinggi yang biasanya diberikan kepada tingkat delapan belas yang berhak membaptis. Bila selesai dibaptis, mereka berhak mendapatkan medali "salib bunga mawar", sedangkan yang duduk pada tingkatan tersebut diberi predikat "penunggang kuda yang bijak". Selanjutnya dapat menjadi kepala perkumpulan freemason secara simbolis. Mereka dapat terus mencapai jenjang lebih tinggi sampai pada tingkatan tiga puluh tiga (33rd degree) melalui berbagai prestasi dan pemberkatan. Demikian seterusnya, sehingga mereka mencapai predikat "guru yang agung" yang biasanya diduduki oleh tingkatan sembilan puluh atau disebut dengan julukan mumfis. Mereka yang sudah berada dalam tingkatan ini dapat membentuk berbagai organisasi dan setiap organisasi yang tersebar di seluruh dunia ini memakai kode nomor internasional, misalnya Izis no. 367, Ben Gurion 443, dan sebagainya. b. Tingkat Kerajaan (Royal Arch Masonry) Royal Arch didirikan secara resmi dan terbuka pada tahun 1797 di Amerika. Dan hanya para anggota yang sudah menduduki tingkatan ke-33 atau "Master Mason" dapat menjadi anggota kerajaan dan orang nonYahudi (goyim) dapat menjadi anggota, tetapi jarang menjadi pimpinan. Diantara mereka tidak dapat saling mengenal atau berhubungan secara lebih mendalam, kecuali atas rekomendasi dari pimpinannya masing-masing yang disebut sebagai "teman sejawat yang agung". Pada tingkat ini anggota dibagi dalam tiga tingkatan yaitu, sebagai berikut. (1) Mark Master (2) Past Master (3) Most Excellent Master Persyaratan keanggotaan freemason kerajaan sangat ketat. Mereka harus mempunyai profesi atau ekspertis tertentu, dan bersifat unik, misalnya: presiden atau pimpinan pemerintahan, Ilmuwan, dan sebagainya. c. Tingkat Ksatria (The Masonic Knight Templar) Puncak keanggotaan berada di dalam lingkaran dalam yang disebut dengan alam semesta. Merekalah yang berhak menetapkan berbagai kebijakan, perintah- perintah, serta konsep gerakan secara global. Dalam organisasi ini pula pola pemikiran, rencana, dan falsafah digariskan sebagai satu program (blue print) yang harus dilaksanakan sesuai dengan jenjang organisasinya. Pada tingkat ini, mereka berhak menyandang gelar "grand master" yang dibagi dalam tiga tingkatan, sebagai berikut. (1) Tingkat The Royal Master (2) Tingkat The Selected Master (3) Tingkat The Super Excellent Master Semangat pemikiran dan filsafat freemason yang ingin mengubah dunia menjadi satu tatanan dunia baru yang bersifat universal: satu agama, satu pemerintahan, dan satu warga dunia dengan tema-temanya yang aktual dan memikat serta didukung oleh dana; media massa, dan kekuasan para anggotanya yang menjabatjabatan puncak menyebabkan seluruh jaringan kehidupan umat manusia berada dalam pengawasannya, sebagaimana lambang "mata" yang dengan tajam mengawasi kehidupan dari atas piramida, seperti tercantum pada lambang uang satu dolar Amerika. Pada tingkatan ini, disebut pula sebagai "grand master" dan berhak menjadi ketua dari sindikat. Anggota Inti “Freemasons” Sebagai sebuah organisasi rahasia jarang diketahui siapa saja yang menjadi anggota “Freemasonry”. Anggota “inti”, atau “calon anggota inti”, makin lebih sulit lagi untuk diketahui oleh publik. Namun biasanya mereka berasal dari keluarga super-kaya,super-kuasa di dunia, mereka umumnya tidak tersentuh oleh hukum, dan selalu menghindari penampilan ke depan publik.Sebagian besar dari mereka tidak pernah masuk daftar orang paling kaya di dunia versi majalah Forbes, dan sebagainya. Namun meski dijaga kerahasiaan yang sedemikian ketat, jumlah anggota inti dan kebangsaannya masih dapat diketahui. Jangan kaget siapa saja yang menjadi anggota inti “Freemasonry” dewasa ini, yang bertujuan melanjutkan cita-cita para Qabalis, yaitu membangun suatu “Tata Dunia Baru” (Novus Ordo Seclorum), cita- cita yang telah berusia 4000 tahun, sebagaimana dikumandangkan oleh presiden Bill Clinton tatkala memasuki Millenium Ketiga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKS PAKKIO' BUNTING (PANTUN MENJEMPUT PENGANTIN MAKASSAR)

Iya dende ‘Iya dende Nia tojemmi anne battu Bunting kutayang Salloa kuminasai Nampako ri ujung bori’ Ri appa Pakrasangangku Ku’rappo cini Kutimbarangngi pangngai Kuassennunju lania Nakuitungko labattu Ku’ragi memang Berasa ri mangko kebo’ Nasadia lebba batta Rappo ripala’ limangku Kunnanro memang Leko’ ri talang bulaeng Kuntu intang maccayanu Nibelo-belo jamarro, makilo-kilo Massingarri dallekannu Labbiri’ nuparamata Jamarro moncong bulonu Bulaeng ti’no Ansuloi paccini’nu Lekukapeangko anne Sumanga’nu mabellayya Ku kiyo’ tongi Tubunnu sallo lampayya Baji kualleko anne Bunga-bunga tamalatea Latei bunga Tamalate cinikannu Sakuntu’ sanrapangtongko Bulang simombo’ I Raya Nasussung pale Natinriang wari-wari Wari-wari kapappassang Pale’ mannuntungi bangngi, nisailenu Tamalajju cinikannu Nacini’ ma’mole-mole Ma’mole-mole nikio’ Daeng Ni pakalompo Nikanro ana’ karaeng Kupattannangngangko anne Tope talakka ri aya’ Malakka tope Tamalakka’ko I kau

TO UGI (BUGIS), TO RIAJA (TORAJA), TOLUU’ (LUWU) HINGGA TURUNAN TOMANURUNG

By La Oddang Tosessungriu Bahwa kata “To” adalah berarti “orang” bagi segenap suku di Sulawesi Selatan. Jauh diujung selatan, yakni Selayar hingga Tanjung Bira, Ara sampai Kajang, penutur bahasa “konjo” tatkala menyebut “To”, maka itu berarti “orang”. Terkhusus pada keyakinan kepercayaan “patuntung” di Kajang, bahkan menyebut Tuhan YME sebagai “To RiyE’ A’ra’na” (Orang Yang Memiliki Kehendak). Demikian pula di Jeneponto, menyebut orang dengan sebutan yang sedikit lebih “tipis”, sehingga menyebut kawasannya sebagai “TUratEa” (orang-orang yang bermukim di ketinggian). Perjalanan kemudian tiba di Gowa, yakni bekas kerajaan terbesar suku Makassar. Tiada beda dengan orang TuratEa, mereka menyebut “Tu” pula bagi masyarakat manusia, satu-satunya species mahluk Allah yang memiliki kemampuan mencipta peradaban di dunia fana ini. Demikian pula dengan seluruh kerajaan penutur Bahasa Bugis, EnrEkang, Duri, Pattinjo hingga Toraja, semuanya menyebut “To” bagi yang dimaksudkannya sebagai

Rumpun Keluarga To Takku

Rumpun keluarga To Takku  berdasarkan "Lontara' Akkarungeng Bone" dan "Lontara' Bilang Gowa"  merupakan simpul atau perpaduan silsilah dari keturunan  La Ali Petta Cambang Timurung,   La Ali Petta Tompo' Arung Galung Arung Manciri', We Saloge' Arung Cenrana Dan La Summi Pa'bicara Arungpone ri Takku. Dari rumpun tersebut ditemukan benang merah, bahwa keempatnya merupakan turunan langsung dari La Patau Matanna Tikka Raja Bone ke-16 . La Patau Matanna Tikka diketahui memiliki sembilan belas orang istri dan dari empat orang istri beliau anak-turunan mereka kawin-mawin satu sama lain. Ada pun nama-nama istri La Patau yang kemudian cucu-cucu meraka kawin-mawin dan menjadi satu generasi di keluarga To Takku dan menyebar di Kota Watampone, Kec. Tellu SiattingE, Kec. Dua BoccoE, Kec. Cenrana, Kec. Amali, Kec. Ajang Ale' dan di Kota Makassar serta di tanah Jawa, Sumatera, Maluku, Papua, Kalimantan, Malaysia, Singapore bahkan di Jerman dan A